Kamis 23 Mar 2023 21:12 WIB

Pakar Ungkap Gejala dan Penanganan Tepat Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan mengancam jiwa karena ganggu aliran darah ke jantung

Dalam rangka memperingati Congenital Heart Defect Awareness Week 2023, RS Premier Bintaro (RSPB) menggelar seminar edukasi kesehatan bagi masyarakat awam. Seminar Awam Dalam Rangka Congenital Heart Defect Awareness Week menghadirkan tiga orang dokter spesialis sebagai narasumber, DR. dr. Najib Advani, Sp.A (K) MMed. (Paed) yang merupakan dokter spesialis jantung anak, dr. Febtusia Puspitasari, Sp.JP, FIHA, FAsCC spesialis jantung dan Dr. dr. Nita Ratna Dewanti, Sp.A spesialis anak.
Foto: dok RSPB
Dalam rangka memperingati Congenital Heart Defect Awareness Week 2023, RS Premier Bintaro (RSPB) menggelar seminar edukasi kesehatan bagi masyarakat awam. Seminar Awam Dalam Rangka Congenital Heart Defect Awareness Week menghadirkan tiga orang dokter spesialis sebagai narasumber, DR. dr. Najib Advani, Sp.A (K) MMed. (Paed) yang merupakan dokter spesialis jantung anak, dr. Febtusia Puspitasari, Sp.JP, FIHA, FAsCC spesialis jantung dan Dr. dr. Nita Ratna Dewanti, Sp.A spesialis anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka memperingati Congenital Heart Defect Awareness Week 2023, RS Premier Bintaro (RSPB) menggelar seminar edukasi kesehatan bagi masyarakat awam. Seminar Awam Dalam Rangka Congenital Heart Defect Awareness Week menghadirkan tiga orang dokter spesialis sebagai narasumber, DR dr Najib Advani, SpA (K) MMed (Paed) yang merupakan dokter spesialis jantung anak, dr Febtusia Puspitasari, SpJP, FIHA, FAsCC spesialis jantung dan Dr dr Nita Ratna Dewanti, SpA spesialis anak.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia diketahui bahwa Penyakit jantung bawaan merupakan penyebab kematian tersering dari seluruh kelainan bawaan. Terjadi sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup, angka kematian terjadi dalam 6 bulan pertama kehidupan, dan 80 persen kematian terjadi pada usia 1 tahun.

Prof Dr dr Najib Advani, SpA (K) MMed (Paed) menjabarkan penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau Congenital Heart Diseases merupakan kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang sudah ada sejak lahir. Kondisi ini dapat mengancam jiwa, karena mengganggu aliran darah dari dan menuju ke jantung.

Ia menyebut ada beberapa gejala kelainan jantung bawaan yang muncul langsung setelah bayi baru lahir, misalnya bibir, kulit, jari tangan, dan kaki kebiruan, sesak napas atau kesulitan bernapas, kesulitan makan, berat lahir rendah, nyeri dada, serta pertumbuhan yang lambat. 

"Selain itu ada juga gejala yang muncul beberapa tahun setelah lahir, seperti, irama jantung yang tidak normal, pusing, kesulitan bernapas, pingsan maupun kelelahan,” ungkap dr Najib berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (23/2/2023).

Sementara itu, menurut dr Febtusia Puspitasari, Sp.JP, FIHA, FAsCC. penyakit jantung bawaan ini bisa terjadi karena gangguan pada saat proses pembentukan dan juga perkembangan jantung pada saat janin masih ada di dalam kandungan. Untuk terapi yang dapat dilakukan pada kasus jantung bawaan tergantung dari kondisi pasien dan kasus yang diderita. 

"Untuk tindakan non-bedah yang dapat dilakukan yaitu pemasangan coil atau alat seperti payung / jamur, tindakan balloon valvuloplasty, dan atau balloon atrial septostomy (BAS), sedangkan untuk terapi bedahnya antara lain, operasi paliatif pulmonary artery banding, operasi ligasi (pengikatan) PDA, operasi paliatif blalock-tausig shunt (BTS), operasi arterial switch dan penutupan VSD, serta bi-ventricular repair (koreksi total) ataupun single ventricular repair (Fontan).”

Terkait tumbuh kembang bagi anak dengan penyakit jantung bawaan, Dr. dr. Nita Ratna Dewanti, Sp.A memaparkan bahwa gangguan pertumbuhan sering terjadi, maka diperlukan pemantauan pertumbuhan untuk  mempertahankan pertumbuhan  linier, seperti pemantauan terhadap peningkatan ukuran tubuh seperti tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala, serta peningkatan  berat  badan agar berhasil dengan optimal. 

"Setiap bayi harus mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya (termasuk IMD) dan juga untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, harus mendapat MP-ASI yang cukup dan aman, sementara ASI diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement