Kamis 23 Mar 2023 19:37 WIB

Warek UIN Ar-Raniry: Tidak Ikut Digitalisasi, Kita akan Tertinggal

Toleransi rendah picu penyakit digital, seperti hate speech dan cyberbullying.

Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry, Prof Khairuddin menyampaikan, digitalisasi telah menjadi kebutuhan bagi semua orang.
Foto: Istimewa
Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry, Prof Khairuddin menyampaikan, digitalisasi telah menjadi kebutuhan bagi semua orang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACE -- Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry, Prof Khairuddin menyampaikan, digitalisasi telah menjadi kebutuhan bagi semua orang. "Berbicara tentang digitalisasi, kebutuhan ini bukanlah sesuatu yang dharuriyat, tetapi kalau kita tidak mengikutinya maka kita akan tertinggal," ucapnya di Aula Auditorium UIN Ar-Raniry, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, beberapa waktu lalu.

Khairuddin menerangkan, literasi digital berkaitan erat dengan dunia pendidikan. Dia menyebut, begitu pentingnya literasi digital dewasa ini, mengharuskan kecakapan literasi digital ditanamkan pada masyarakat melalui dunia pendidikan.

"Karena generasi muda merupakan pengguna teknologi digital yang sangat aktif. Posisi peserta didik sebagai pengguna teknologi pun memerlukan kecakapan atau keterampilan tersendiri yang ditunjang dengan pondasi literasi yang kokoh agar dapat berkembang sesuai dengan tujuan pembelajaran," tutur Khairuddin.

Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan, Bambang Tri Santoso menjelaskan, urgensi toleransi di ruang digital. Menurut Bambang, toleransi menjadi hal yang difokuskan Kemenkominfo untuk membentuk ruang digital yang sehat dan ramah.

"Selain menyediakan atau membangun infrastruktur internet, Kemenkominfo juga berusaha membangun lingkungan yang ramah agar aktivitas digital berjalan dengan baik. Oleh karena itu, membangun rasa toleransi merupakan hal yang sangat kami usahakan saat ini melalui literasi digital," tuturnya.

Bambang juga menekankan, kondisi toleransi yang rendah menyebabkan munculnya penyakit digital, seperti hate speech, cyberbullying, dan juga penyebaran hoaks. Dia mengingatkan, internet dan media sosial adalah ranah publik yang dapat dilihat oleh semua orang.

"Kebanyakan netizen menganggap dunia siber berbeda dengan dunia nyata, jadi tidak perlu etika di sana. Padahal ketika di dunia maya dan nyata sama halnya kemudian juga sama juga halnya di ranah hukum. Oleh karena itu, biasakan Tabayyun sebelum menyebarkan informasi ataupun berkomunikasi di ruang digital," jelas Bambang.

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry, Dirhamsyah menyinggung mengenai peluang dan tantangan dalam transformasi digital di perguruan tinggi. "Bahwa memahami dan memaknai empat pilar literasi digital dapat mengacu kepada petunjuk dan pedoman yang bukan sekedar bersumber dari pengetahuan umum semata, tapi juga merujuk kepada pengetahuan Islam," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement