REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO -- Hafiz dan hafizah Kota Probolinggo membaca Alquran berukuran raksasa yakni 1 meter x 1,5 meter dalam rangka khotmil Quran selama Ramadhan 1444 Hijriah di rumah dinas Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin di Kota Probolinggo, Jawa Timur.
Pada awal khotmil Quran dilakukan Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kota Probolinggo KH Abdul Aziz RM bergantian dengan ustadzAmanal Hoifin dan ustadz H. Yusuf Zainul Anwar di rumah dinas wali kota setempat, Jumat (24/3/2023).
"Kegiatan itu menjadi contoh bahwa di bulan Ramadhan harus memperbanyak dalam bertilawah Quran. Alquran yang besar saja bisa dibaca, apalagi berukuran kecil yang ada di rumah-rumah," kata Ketua Baznas Kota Probolinggo Hakimuddin.
Menurutnya Alquran raksasa itu pertama kalinya dibaca di Kota Probolinggo dengan harapan dari Wali Kota Probolinggo agar ada koreksi, baik dalam bentuk huruf ataupun harakatnya.
"Butuh dua orang untuk membuka lembaran Al Quran karena memang pesan dari bapak wali kota dan juga pesan dari penerbit atau penulis supaya membukanya dengan hati-hati," katanya.
Ia menjelaskan khotmil Quran itu disiarkan langsung melalui akun media sosial Pemerintah Kota Probolinggo yang dilaksanakan setiap hari di bulan Ramadhan selama 1,5 jam dari pukul 08.00 hingga 09.30 WIB.
"Target membaca setiap hari sekitar 1,5 juz dengan pembacaan metode tartil, sehingga lebih kurang 93 orang hafiz dan hafizah Kota Probolinggo yang membaca, sehingga bisa khatam pada akhir Ramadhan," katanya.
Alquran raksasa itu diberikan oleh Yayasan Pendidikan Ilmu Al Quran Wonosobo, Jawa Tengah, kepada Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin saat pembukaan MTQ Kota Probolinggo XXX pada Desember 2022.
Alquran raksasa itu urutan ke-12 pembuatannya yang ditulis tangan oleh tiga orang dosen Universitas Sain Al Qur'an (Unsiq) Wonosobo dalam waktu pengerjaan 7 bulan (Maret-November 2022).
Dengan menggunakan kertas khusus dari percetakan di Kudus, Jateng. dan bobot totalnya mencapai 160 kilogram dengan menghabiskan tinta sekitar 20 liter, bahkan pada waktu penulisan kondisi penulis haruslah suci (berwudhu) bahkan berpuasa.