REPUBLIKA.CO.ID, SUNGAILIAT -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membuka ruang kerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) dalam upaya pencegahan penyakit kudis (scabies)bagi santri di lembaga pendidikan pesantren.
"Jika disepakati, ruang kerja sama yang kami tawarkan berupa layanan edukasi pencegahan penyakit kudis, pembentukan kader "scabies" yang ditunjuk dari lingkungan santri dan hal lain yang dianggap penting dalam pencegahan penyakit kudis," kata dr Arinal Pahlevi, di Sungailiat, beberapa waktu lalu.
Pencegahan penyebaran penyakit kudis pada santri di lembaga pesantren harus menjadi perhatian serius meskipun angka primer dalam kasus jenis penyakit ini tidak ketahui secara pasti.
Kerja sama dengan Kemenag sebagai lembaga penanggung jawab pendidikan pesantren diharapkan mempermudah akses intervensi yang langsung berhubungan dengan santri seperti pembekalan pemahaman santri untuk mengenali tanda-tanda awal scabiestermasuk juga kepada pengasuh pondok pesantren.
Dalam kasus scabiesdi lingkungan pendidikan pesantren, Arinal Pahlevi menyarankan agar Kemenag sebagai inisiator pencegahan penyakit kudis di pondok pesantren.
"Karena hubungan emosional kelembagaan, barang kali pengasuh pesantren lebih nyaman jika inisiator pencegahan penyakit kudis pada santri dilakukan oleh Kemenag dari pada Dinas Kesehatan," katanya.
Sebagai organisasi profesi dengan motto etika dan bermartabat, IDI ikut berperan meningkatkan sumber daya masyarakat seperti pemberian edukasi pencegahan isu penyakit yang berkembang saat itu.