REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan hingga saat ini Cina belum memberikan senjata ke Rusia dalam perang di Ukraina. Tapi Biden tidak yakin apakah Beijing akan mengirimkan senjata ke Moskow atau tidak di masa mendatang.
"Selama tiga bulan terakhir, saya sudah mendengar Cina akan mengirimkan banyak senjata ke Rusia, mereka belum melakukannya, tidak berarti mereka tidak akan melakukannya, tapi mereka belum melakukannya," kata Biden dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Jumat (24/3/2023).
Sebelumnya, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, kemitraan Cina dengan Rusia terbatas meski retorika dua negara itu mengungkapkan sebaliknya. Ia mengatakan, Eropa akan menyambut baik setiap upaya Beijing menjaga jarak dari Moskow.
Pernyataan Borrell ini disampaikan usai Presiden Cina Xi Jinping bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow. Dua pemimpin itu mendeklarasikan kemitraan "tanpa batas" pada Februari 2022 lalu, beberapa hari sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Namun Borrell mengatakan meskipun Cina menjalin hubungan ekonomi dan diplomatik yang erat dengan Rusia. Tapi dua negara itu tidak membentuk aliansi militer dan Beijing tidak mengirimkan pasokan senjata untuk membantu perang Rusia di Ukraina.
"Pertemanan tidak terbatas ini tampaknya memiliki sejumlah batasan," kata Borrel di Brussels, Jumat (24/3/2023). "Bagi kami Cina belum melewati batas apa pun," tambahnya.
Borrell mengatakan usulan Beijing untuk mengakhiri perang di Ukraina menunjukkan Cina tidak ingin sepenuhnya bersekutu dengan Rusia dan Uni Eropa harus menyambut baik hal ini. Walaupun negara-negara Barat menegaskan tidak mempertimbangkan inisiatif Beijing sebagai rencana yang sepenuhnya matang.
Ia mengatakan Cina lebih ingin berperan sebagai "fasilitator" dibandingkan mediator. Karena Rusia menyambut usulan Cina. "Cina muncul dalam peran yang saya kira harus kami dorong," kata Borrolls.