REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pejabat negara dan keluarganya terungkap memiliki kekayaan yang jauh di atas pendapatannya. Bahkan berujung pada tindak kriminalitas, dari pembunuhan hingga penganiayaan. Bahkan, kerabat mereka memamerkan kekayaan tanpa rasa risih.
“Sangat tidak bijak memamerkan kekayaan atau flexing di tengah ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja. Seolah-olah pejabat negara tidak peduli kondisi rakyatnya. Ini bukan perilaku yang elok,” tutur Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia, KH Chriswanto Santoso.
Menurut Kiai Chriswanto, krisis ekonomi global, runtuhnya perbankan di Amerika Serikat, hingga perang di Ukraina, berdampak pada ekonomi dunia termasuk Indonesia.
“Meskipun kondisi Indonesia tidak separah negara-negara lain, karena konsumsi masyarakat mampu menggerakkan ekonomi nasional,” kata dia dalam keterangannya, Sabtu (25/3/2023).
Dia menyebutkan, menjadi masalah ketika masyarakat yang menggerakkan ekonomi melihat pejabat bergelimang harta, lalu memamerkan kekayaannya. “Uniknya kasus-kasus ini terungkap ke publik bukan karena audit internal atau gerakan KPK, melainkan terungkap setelah kerabat mereka pamer kekayaan atau berbuat kriminal. Ini sangat memprihatinkan,” ujar dia.
Menanggapi fenomena hedonisme pejabat publik itu, Kiai Chriswanto mengajak bangsa Indonesia menjadikan Ramadhan sebagai upaya membersihkan diri.
“Ini puncak ibadah, pembersihan diri dari dosa sehingga pada saat Idul Fitri sudah menjadi manusia yang suci kembali. Dan tentu saja diikuti perubahan mental, moral dan akhlak menjadi lebih baik,” kata dia.
Menurutnya, pejabat publik dan keluarganya serta masyarakat Indonesia jangan sampai terlena dengan harta benda mereka.
“Kesombongan akibat kepemilikan harta, membuat orang lupa untuk berbagi, bersedekah, bahkan pada satu titik menjadi sombong dan melupakan syukur kepada Allah. Inilah pintu menuju kehancuran peradaban manusia. Sejarah mengajarkan hal itu dengan baik,” tutur dia.
Agar Ramadhan menjadi pemicu perubahan mental spiritual, dia mengajak umat Islam menjalankan “5 Sukses Ramadhan” yakni sukses puasa, sholat tarawih, tadarus Alquran, meraih lailatul qodar, dan melaksanakan zakat fitrah.
Menurutnya, lima sukses Ramadhan merupakan ikhtiar atau upaya meningkatkan kualitas keimanan, sekaligus meraih keridaan Allah SWT.
“Lima hal itu, memungkinkan kita menjalani puasa dengan khusuk dan ikhlas, sekaligus memperkuat iman kita dalam melawan hawa nafsu,” tutur dia.
Sekretaris Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Dody Taufik Wijaya mengatakan, “5 Sukses Ramadan” merupakan program yang kerap disuarakan para ulama. “Kami menegaskannya lagi dalam bentuk program bagi warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia dan seluruh umat Islam. Agar Ramadhan menjadi pengubah sikap mental, moral dan akhlak kita, dalam menghadapi problematika kebangsaan,” ujar Dody.
Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?
Menurutnya, menjadi keprihatinan semua pihak ketika bangsa Indonesia sedang berjuang melewati beragam masalah yang dipicu pandemi, perang, hingga krisis perbankan internasional. Namun, ada sebagian kecil kerabat pejabat publik, justru tidak menghiraukan nasib orang lain.
"Mereka pamer kekayaan di tengah buruh yang sedang menghadapi PHK, karena pasar ekspor mengalami krisis. Ataupun masyarakat bawah yang menghadapi inflasi, harus melihat pameran kekayaan. Ini menunjukkan tidak adanya simpati, empati, dan tenggang rasa,” tutur Dody.
Padahal bangsa Indonesia, menurut Dody memiliki warisan luhur berupa gotong-royong, saling menghargai, tenggang rasa, dan memiliki empati yang tinggi. Hedonisme yang dipamerkan di media sosial, merupakan lampu kuning bahwa bangsa ini sedang menghadapi dekadensi moral dan akhlak.
“Ramadhan ini merupakan pijakan agar berubah menjadi lebih baik, kembali ke nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia,” kata dia.