Sabtu 25 Mar 2023 13:40 WIB

Cina Usir Kapal Destroyer AS di Laut Cina Selatan

Cina meminta AS agar tidak lakukan aksi provokatif di LCS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh Kantor Informasi Angkatan Laut AS menunjukkan kapal induk USS Ronald Reagan (CVN 76) dan USS Nimitz (CVN 68) dan kelompok pemogokan mereka (CSGs) uap dalam formasi selama latihan di Laut Cina Selatan, 06 Juli 2020. Pada 13 Juli 2020, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo secara resmi menolak sebagian besar klaim China atas Laut Cina Selatan.
Foto: EPA-EFE/MC3 Jason Tarleton
Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh Kantor Informasi Angkatan Laut AS menunjukkan kapal induk USS Ronald Reagan (CVN 76) dan USS Nimitz (CVN 68) dan kelompok pemogokan mereka (CSGs) uap dalam formasi selama latihan di Laut Cina Selatan, 06 Juli 2020. Pada 13 Juli 2020, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo secara resmi menolak sebagian besar klaim China atas Laut Cina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Pertahanan Cina  kembali mengawasi dan mengusir kapal destroyer Amerika Serikat (AS) USS Milius yang masuk ke perairannya di Laut Cina Selatan, dekat Kepulauan Paracel. AS diminta setop bertindak provokatif. 

"Kami dengan tegas meminta AS untuk segera menghentikan tindak-tindakan provokatif, jika tidak akan terdapat konsekuensi serius dari insiden tak terduga," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Cina, Sabtu (25/3/2023).

Baca Juga

Angkatan Laut AS mengatakan kapal destroyer dengan rudal berlayar untuk menegaskan hak dan kebebasan navigasi.

"Klaim tanpa dasar hukum dan luas di Laut Cina Selatan menimbulkan ancaman serius pada kebebasan di laut, termasuk kebebasan navigasi dan terbang, perdagangan bebas dan menghalangi perdagangan dan kebebasan mendapat peluang ekonomi dari negara-negara pesisir Laut Cina Selatan," kata Armada ke-7 Angkatan Laut AS dalam pernyataan tertulisnya.

Angkatan Laut AS mengatakan pasukan AS hampir setiap hari beroperasi di Laut Cina Selatan. Dua hari berturut-turut dua perekonomian terbesar di dunia berselisih mengenai Laut Cina Selatan.

Cina mengeklaim perairan yang tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif sejumlah negara termasuk sekutu dekat AS di Asia Tenggara, Filipina. Arus perdagangan yang melewati Laut Cina Selatan mencapai triliunan dolar setiap tahunnya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement