REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, hilirisasi dan transformasi ekonomi menjadi kunci Indonesia untuk mencapai visi Indonesia sebagai negara maju pada 2045.
Luhut saat menghadiri kegiatan Business Forum on 50 Years of Indonesia-Korea Relations di Seoul, Korea Selatan, Jumat (24/3/2023), mengungkapkan, peluang besar Indonesia untuk memainkan peran strategis di pasar global, menyusul meningkatnya permintaan pasar global terhadap komoditas mineral dan produk turunannya serta pengembangan produk teknologi ramah lingkungan.
"Negara kita terletak di sepanjang jalur laut utama yang menghubungkan Asia Timur, Asia Selatan, dan Oseania, serta kaya akan cadangan mineral transisi energi sehingga potensi energi baru terbarukan tinggi," kata Luhut dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (25/3/2023).
Mengutip data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Statista, Indonesia menjadi negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, timah kedua di dunia, bauksit keenam di dunia, tembaga ketujuh di dunia, serta memiliki 437,4 GW potensi energi baru terbarukan, yang mencakup solar, air, angin, bioenergi, geothermal, dan laut.
Pada 2045 nanti, Indonesia berambisi menjadi negara maju dengan Produk Domestik Bruto (PDB) 10 ribu dolar AS. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia harus mampu melakukan setidaknya lima hal. Antara lain memulihkan perekonomian di tengah berbagai tantangan global; meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi; memperkuat ketahanan ekonomi melalui peningkatan dana desa; mitigasi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan transisi energi; dan transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi berbasis industri.
Dalam rangka menerapkan poin tersebut, transformasi ekonomi yang mempertimbangkan kebijakan hilirisasi juga menjadi faktor penentu perekonomian Indonesia.
Implementasi kebijakan hilirisasi selama ini, menurut Luhut, terbukti memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, dengan meningkatkan nilai ekspor, memberikan kontribusi terhadap PDB, memperbaiki neraca perdagangan, penyerapan tenaga kerja, mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jawa untuk pemerataan pembangunan dan sebagainya. "Akibatnya sekarang ada banyak investasi yang tidak hanya fokus di Pulau Jawa dan jumlah ekspor kita pun meningkat," kata Luhut lagi.
Di masa mendatang, kebijakan hilirisasi akan mencakup pendirian kawasan industri bernilai tambah tinggi untuk mendukung digitalisasi ekonomi yang semakin pesat dan tren ekonomi hijau; mengalokasikan sumber energi rendah emisi (hijau) untuk industri bernilai tambah tinggi; serta membentuk talent pool yang berkualitas melalui program screening bagi lulusan sarjana jurusan teknik dan sains untuk diarahkan bekerja di perusahaan kelas dunia di bidang teknologi.
"Kebijakan investasi dan insentif didorong untuk menciptakan ekosistem industri yang komprehensif dan berdaya saing tinggi juga akan didorong," ungkap Luhut.
Aspek kelestarian lingkungan pun menjadi faktor lain yang jadi perhatian. Luhut menyebut investasi di industri daur ulang baterai lithium, transisi ke penggunaan karbon rendah emisi, dan masa depan climate resilient, serta Just Energy Transition Partnership yang ditandatangani saat G20 2022 menjadi komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengimplementasikan Perjanjian Paris.