REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir memiliki banyak prestasi dalam membangun pemerintahan. Prestasi tersebut menjadi bekalnya yang strategis untuk maju menjadi calon wakil presiden. Berdasarkan hasil survei, Erick adalah cawapres dengan elektabilitas tertinggi.
Pengamat Politik Indo Barometer M. Qodari mengatakan, kemunculan Erick Thohir pada daftar elektabilitas teratas seiring dengan kinerja cemerlangnya menakhodai Kementerian BUMN. Sejumlah kebijakan Erick Thohir mampu membuat perekonomian masyarakat semakin baik.
Hal demikian, dia menambahkan, tentu berbeda dengan AHY, sebagai putra mantan Presiden keenam Indonesia yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). AHY dinilainya minim peran yang menyentuh langsung terhadap kehidupan masyarakat.
“Kemudian kalau bicara Erick Thohir tidak seperti AHY. Erick Thohir sudah menjabat menteri BUMN," ujar Qodari dalam keterangannya pada Sabtu (25/3/2023).
Kondisi tersebut tidak terlepas dari hasil survei Indo Barometer periode 12-27 Februari 2023. Survei menyajikan temuan bahwa Erick Thohir mampu puncaki daftar elektabilitas teratas sebagai cawapres untuk Pilpres 2024.
Eks Presiden Inter Milan ini berada di posisi teratas dengan perolehan elektabilitas sebesar 22,9 persen. Disusul Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa 15,8 persen, kemudian jauh di belakang yakni Muhaimin Iskandar 6,7 persen.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, hasil kerja nyata Erick Thohir menjadi faktor kuat tingginya tingkat keterpilihan di masyarakat. Erick Thohir dinilai berhasil menghadirkan kepemimpinan yang mengedepankan kepentingan bangsa bukan golongan.
Dia memaparkan kepemimpinan gemilang Erick Thohir sudah terlihat sejak digenjotnya kebijakan Bersih Bersih BUMN. Karena berkat itu, Erick Thohir mampu membongkar skandal-skandal korupsi besar yang selama ini menggerogoti negara.
"Kemudian hasil-hasil kerjanya sudah kelihatan menindak tegas penyelundupan harley dan brompton di pesawat Garuda oleh direksi Garuda," papar Qodari.
Lebih dari itu, dia menyebut, ketegasan kepemimpinan Erick Thohir juga sangat dikagumi seluruh masyarakat Tanah Air. Misal pengungkapan skandal korupsi di Jiwasraya. Erick Thohir tidak hanya membongkar namun juga mencari solusi agar masyarakat khususnya nasabah tidak lagi-lagi merugi.
"Kemudian menindak tegas penyalahgunaan di Jiwasraya, bahkan dana dari nasabah itu diupayakan untuk dikembalikan," terang Qodari.
Karenanya dia mengatakan, hal demikian merupakan sebuah terobosan besar bukti kerja konkret Erick Thohir sebagai Menteri BUMN. Berbeda dengan AHY yang belum begitu terlihat kontribusi kinerja maupun kemampuan kepemimpinannya sampai saat ini terhadap masyarakat.
Menyentuh akar rumput
Koordinator Bidang Politik dan Demokrasi Penggerak Milenial Indonesia (PMI), Nurul Hamim menilai elektabilitas dan popularitas Erick Thohir sebagai calon wakil presiden paling kuat sangat relevan dengan keinginan masyarakat di akar rumput.
Menurut Nurul, kedekatan dan kepedulian Erick terhadap rakyat kecil itulah yang membuat elektabilitas dan popularitas Erick tak tertandingi di antara nama nama tokoh lainnya.
"Relevan dengan akar rumput lah. Itu juga yang diinginkan masyarakat. Mendukung pak Erick jadi wapres," ujar Nurul dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (25/3/2023).
Selain masyarakat kecil kelas UMKM, Nurul menilai dukungan Erick muncul dari kalangan generasi muda. Menurut Nurul, suara generasi muda hari ini ada pada diri Erick. Karena, menurutnya, hanya Erick yang mampu mengerti kondisi dan keinginan anak muda hari ini.
"Hanya pak Erick yang mampu mengerti kondisi psikologis anak muda. Makanya banyak anak muda yang ingin pak Erick mimpin negeri ini," ucap Nurul.
Faktor penting terakhir, menurut Nurul adalah melalui kinerja Erick yang mampu menghipnotis jutaan masyarakat Indonesia. Banyak hal yang sudah dilakukan oleh Erick untuk mengangkat derajat pelaku UMKM, kesejahteraan petani, dan pengembangan skill anak muda. Hal itulah yang membuat nama Erick menempati posisi paling kuat di berbagai lembaga survei.
"Kinerja adalah faktor utama. Masyarakat kita sudah cerdas. Tak suka dengan yang pencitraan. Mereka lebih suka yang real. Kerja nyata untuk Indonesia," ucap Nurul.