REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei tingkat kepuasan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dari hasil survei tersebut ditemukan bahwa sekitar 73,1 persen masyarakat cukup atau sangat puas dengan kinerja Jokowi.
“Kalau ditanyakan dengan skala 1-4, masyarakat cenderung masih puas dengan kinerja Presiden Jokowi yang (sebesar) 73,1 persen,” kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam paparannya saat menyampaikan hasil survei nasional Indikator Politik Indonesia ‘Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru’, Ahad (26/3).
Sementara sekitar 26 persen masyarakat lainnya menyatakan tidak puas terhadap kinerja Presiden. Masyarakat yang tidak puas terhadap kinerja Jokowi karena alasan harga kebutuhan pokok yang meningkat, bantuan tidak merata, masalah lapangan kerja atau pengangguran, dan juga angka kemiskinan yang tidak berkurang.
“Mereka yang tidak puas itu masih menyebut variable kebutuhan pokok yang meningkat meskipun nah ini kita juga harus apresiasi juga, mereka yang tidak puas itu yang menganggap ketidakpuasan masalah kebutuhan pokok ini agak turun sedikit dibanding bulan Februari,” ujar Burhanuddin.
Sedangkan 73 persen masyarakat yang menyatakan kepuasannya terhadap kinerja Jokowi yakni karena adanya pemberian bantuan kepada rakyat kecil. Kemudian pembangunan infrastruktur, kinerjanya yang sudah bagus, merakyat, baik, dll.
“Meskipun ada 73 persen masyarakat yang puas di bulan Maret, tapi trennya sedikit turun dibanding Februari. Di Februari 74,4 persen. Mungkin mulai naiknya beberapa harga pokok,” ujarnya.
Berikut hasil survei tingkat kepuasan kinerja Jokowi:
Masyarakat yang menyatakan sangat puas sebesar 13,4 persen, cukup puas sebesar 59,7 persen, kurang puas sebesar 23,1 persen, tidak puas sama sekali sebesar 2,8 persen, dan tidak tahu sebesar 1,1 persen.
Survei ini dilakukan dengan melibatkan populasi survei yakni WNI yang punya hak pilih dengan usia 17 tahun atau lebih. Proses penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling.
Pelaksanaan survei dilakukan sebanyak dua kali yakni pada 9-16 Februari 2023 dengan jumlah sampel sebanyak 1.220 orang dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Survei ini memiliki toleransi kesalahan sekitar 2,9 persen.
Sedangkan di survei kedua dilakukan pada periode 12-18 Maret 2023 dengan jumlah sampel 800 orang dari hampir seluruh provinsi. Survei ini memiliki toleransi kesalahan sekitar 3,5 persen. Burhanuddin mengatakan, responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.