Senin 27 Mar 2023 05:58 WIB

Surabaya Antisipasi Perang Sarung dan Balap Liar saat Ramadhan

Para remaja kedapatan membawa sarung yang didalamnya sudah diikat batu atau besi.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Polisi melakukan pembinaan kepada sekelompok remaja yang menggelar perang sarung yang dapat berujung pada aksi tawuran antar kelompok remaja.
Foto: dok. Humas Res.Salatiga
Polisi melakukan pembinaan kepada sekelompok remaja yang menggelar perang sarung yang dapat berujung pada aksi tawuran antar kelompok remaja.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya bersama jajaran kepolisian dan TNI menggelar operasi cipta kondisi berskala besar pada akhir pekan, untuk menjaga keamanan dan ketertiban, khususnya saat Ramadhan. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya, Eddy Christijanto mengungkapkan, pihaknya mengamankan sembilan orang yang dianggap mengganggu keamanan dan ketertiban umum di Kota Pahlawan.

"Kita mengamankan yang ada di Satpol PP ada sembilan orang, yang empat orang perang sarung, dan lima orang melakukan balap liar. Ini dari hasil jangkauan yang kita lakukan di empat wilayah, yakni Surabaya bagian utara, selatan, barat, dan timur," kata Eddy, Senin (27/3/2023).

Selain itu, lanjut Eddy, ada juga beberapa pelanggar yang diamankan di Polsek maupun di Polrestabes Surabaya. "Kalau yang diamankan di polsek itu kemarin juga ada karena sudah kriminal. Sebab, mereka sudah melukai orang. Jadi kita mengamankan sesuai dengan lokasi yang terdekat, supaya lebih mudah untuk pelaksanaan tindak lanjutnya," ujarnya.

Eddy mengatakan, sebenarnya operasi serupa telah digelar personel gabungan TNI-Polri, dan Garnisun sejak Desember 2022. Kegiatan digelar setiap hari, mulai Senin-Ahad. Namun, setiap Senin-Kamis operasi cipta kondisi dilakukan dengan skala sedang.

"Untuk Jumat malam dan Sabtu malam skala besar. Karena mulai dari Ramadan pertama sampai saat ini, ditemukan banyak remaja yang melakukan aktivitas gangguan ketertiban," ujarnya.

Eddy menjelaskan, gangguan keamanan dan ketertiban yang terjadi saat Ramadhan di antarnya munculnya kembali fenomena perang sarung antar remaja. Mereka yang diamankan rata-rata remaja berusia 15-18 tahun. Saat diamankan, para remaja kedapatan membawa sarung yang didalamnya sudah diikat dengan batu atau besi.

"Tampaknya setiap Ramadan dan tahun ini muncul lagi, pengakuan yang tertangkap di Satpol, alibinya adalah mencari makan sahur. Tapi ikut-ikutan perang sarung," kata Eddy. 

Eddy pun berharap seluruh elemen masyarakat bisa turut berpartisipasi dalam menjaga ketentraman dan ketertiban umum. Seperti memberikan informasi melalui command center 112, apabila mengetahui aktivitas warga pada malam hari yang bersifat mengganggu dan membahayakan.

"Misalnya perang sarung, tawuran, balap liar, atau pesta minuman keras. Maka partisipasi warga bisa berupa informasi melalui 112, sehingga penanganannya tidak terlalu lama dan efektif," kata Eddy.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement