REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tergesa-gesa atau terburu-buru dalam berbuat kebaikan atau ibadah dapat menjauhkan kita dari tujuan yang hendak dicapai. Bahkan, terburu-buru dalam berbuat kebaikan atau ibadah banyak menjerumuskan kita kepada tindakan kemaksiatan.
Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali yang dikenal sebagai Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin menjelaskan bahwa tergesa-gesa atau terburu-buru dalam berbuat kebaikan atau ibadah dapat menimbulkan empat macam penyakit.
Penyakit pertama, mengerjakan suatu ibadah dengan maksud untuk mencapai kedudukan istiqomah, tapi jika dilakukan secara tergesa-gesa padahal belum masuk waktunya yang tepat bagi dirinya, sikap tersebut akan menyebabkan dirinya melemah dan putus asa karenanya. Kemudian berhenti bermujahadah, akibatnya ia gagal mendapatkan kedudukan yang hendak ia capai.
Bisa juga ia berlebihan dalam bersungguh-sungguh dan memberatkan jiwanya. Sehingga ia tidak sampai ke tujuan yang diinginkan. Maka ia berada di antara sikap yang terlalu longgar dan berlebihan. Keduanya adalah akibat dari sikap tergesa-gesa.
Sebagaimana telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabda, "Sesungguhnya agama kita ini kokoh maka masukilah ia dengan lembut sebab tumbuhan itu tidak membelah bumi dan tidak menyisakan tempat yang keras melainkan ditumbuhinya."
Di dalam perumpamaan yang cukup populer disebutkan, "Jika tidak tergesa-gesa kamu akan sampai."
Sementara itu seorang penyair mengatakan, orang yang bersikap tenang sering mendapat apa yang diinginkan, sedangkan orang yang terburu-buru bisa tergelincir.
Penyakit kedua, ketika seorang hamba memiliki keperluan kemudian ia berdoa kepada Allah Ta'ala untuk bisa memperolehnya dan ia memperbanyak doanya serta bersungguh-sungguh meminta kepada Allah agar doanya itu diijabah atau dikabulkan sesegera mungkin. Ia menyangka Allah pasti akan segera memenuhi permohonannya.
Hingga ketika Allah tidak mengabulkan permintaannya, saat itu juga ia langsung lemah semangat dan putus asa. Kemudian ia tinggalkan sikap mujahadah, dan akhirnya semakin jauh dari tujuan yang ingin dicapai.
Penyakit ketiga, suatu saat seorang penempuh jalan agama mungkin dizalimi oleh seseorang hingga membuatnya marah. Kemudian secara tergesa ia mendoakan orang itu agar mendapat celaka dan dengan sebab itu seorang Muslim menjadi binasa. Ini berarti si orang penempuh jalan ibadah itu telah melampaui batas dalam masalah itu, hingga ia pun terjatuh pada kemaksiatan dan kebinasaan.
وَيَدْعُ ٱلْإِنسَٰنُ بِٱلشَّرِّ دُعَآءَهُۥ بِٱلْخَيْرِ ۖ وَكَانَ ٱلْإِنسَٰنُ عَجُولًا
Manusia (seringkali) berdoa untuk (mendapatkan) keburukan sebagaimana (biasanya) berdoa untuk (mendapatkan) kebaikan. Manusia itu (sifatnya) tergesa-gesa. (Surat Al-Isra Ayat 11)
Penyakit keempat, dasar ibadah adalah wara dan dasar dari sikap wara adalah memperhatikan secara teliti segala hal misalnya terhadap makanan, minuman, berbicara dan melakukan sesuatu. Orang yang suka terburu-buru dalam berbagai perkara dan tidak meneliti lebih dulu secara seksama, terburu-buru berbicara apa saja hingga ia mengalami kesalahan, terburu-buru makan sampai jatuh pada apa yang diharamkan atau yang berstatus syubhat, maka itu akan merusak sikap wara kamu itu.
Tidak ada ibadah tanpa sikap wara, maka wajib bagi seorang hamba untuk mengobati dan melenyapkan penyakit suka terburu-buru ini yang dampaknya tidak hanya merusak kebaikan dirinya saja, tapi juga menyebabkan kerugian bagi Muslim lainnya. Sungguh mengerikan.