Senin 27 Mar 2023 13:10 WIB

Menlu Saudi-Iran Siap Bertemu pada Bulan Ramadhan

Kedua menteri sepakat untuk mengadakan pertemuan bilateral

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini, Wang Yi, diplomat paling senior China (tengah) memimpin pertemuan tertutup antara Iran, dipimpin oleh Ali Shamkhani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran (kanan) dan Arab Saudi, dipimpin oleh Penasihat keamanan nasional Saudi Musaad bin Mohammed al-Aiban (kiri) di Beijing, Sabtu (11/3/2023). Iran dan Arab Saudi pada Jumat sepakat untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan setelah tujuh tahun ketegangan.
Foto: Luo Xiaoguang/Xinhua via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini, Wang Yi, diplomat paling senior China (tengah) memimpin pertemuan tertutup antara Iran, dipimpin oleh Ali Shamkhani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran (kanan) dan Arab Saudi, dipimpin oleh Penasihat keamanan nasional Saudi Musaad bin Mohammed al-Aiban (kiri) di Beijing, Sabtu (11/3/2023). Iran dan Arab Saudi pada Jumat sepakat untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan setelah tujuh tahun ketegangan.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud dan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian telah sepakat untuk bertemu pada bulan suci Ramadhan. Laporan disampaikan kantor berita negara Saudi SPA pada Senin (27/3/2023).

Kedua menteri berbicara melalui telepon untuk kedua kalinya dalam beberapa hari. "Dalam panggilan telepon tersebut, sejumlah masalah umum dibahas sehubungan dengan perjanjian tripartit yang ditandatangani di Republik Rakyat Cina. Kedua menteri juga sepakat untuk mengadakan pertemuan bilateral di antara mereka selama bulan Ramadhan yang sedang berlangsung,” kata laporan SPA.

Baca Juga

Awal bulan ini, Iran dan Saudi sepakat untuk menghidupkan kembali hubungan setelah permusuhan bertahun-tahun. Permusuhan antara kedua negara ini telah mengancam stabilitas dan keamanan di wilayah Teluk dan membantu memicu konflik di Timur Tengah dari Yaman hingga Suriah.

Kesepakatan antara kekuatan regional Muslim Sunni dan Syiah Iran berhasil dilakukan melalui perantara Cina. Hasil tersebut diumumkan setelah pembicaraan yang sebelumnya dirahasiakan di Beijing antara pejabat tinggi keamanan dari kedua negara.

Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada 2016 setelah kedutaannya di Teheran, diserbu selama perselisihan antara kedua negara atas eksekusi terhadap seorang ulama Muslim Syiah. Saudi itu juga menyalahkan Iran atas serangan rudal dan pesawat tak berawak di fasilitas minyaknya pada 2019 serta serangan terhadap kapal tanker di perairan Teluk. Iran membantah tuduhan itu.

Gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman juga telah melakukan serangan rudal lintas batas dan pesawat tak berawak ke Saudi. Pada 2022, kelompok ini memperluas serangan ke Uni Emirat Arab yang merupakan sekutu Saudi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement