Senin 27 Mar 2023 15:45 WIB

Seperti Istri Sekda Riau, Kenapa Orang Ada yang Suka Pakai Barang KW?

Sekda Riau mengeklaim tas dan sepatu branded milik istrinya barang KW.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
Tas Birkin keluaran Hermes memiliki 242 berlian dengan total 9,84 karat. Tas branded sering dipalsukan. Sebagian orang dinilai membelinya demi mendapatkan identitas instan dengan harga terjangkau.
Foto: Reuters/Mario Anzuoni
Tas Birkin keluaran Hermes memiliki 242 berlian dengan total 9,84 karat. Tas branded sering dipalsukan. Sebagian orang dinilai membelinya demi mendapatkan identitas instan dengan harga terjangkau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga Sekretaris Daerah Provinsi Riau SF Hariyanto masih terus menjadi perhatian publik. Setelah anaknya disorot karena memamerkan barang-barang mewah di akun media sosialnya, kini koleksi tas dan sepatu branded istrinya yang menjadi pembicaraan setelah Hariyanto mengeklaim itu merupakan barang KW alias palsu.

"Sudah saya kroscek, misalnya tas salah satu brand yang disebutkan seharga ratusan juta, itu tidak benar. Barang itu KW dan dibeli berkisar antara Rp 2 juta-Rp 5 juta di Mangga Dua, Jakarta," kata Hariyanto beberapa hari lalu.

Baca Juga

Terlepas dari benar atau tidaknya tas tersebut memang KW, barang palsu memang sudah ada pasarnya. Tidak hanya di Indonesia, di negara lain pun, apalagi di Cina, barang tiruan masih tetap laris.

Ada beberapa alasan orang lebih memilih membeli barang KW. Menurut pengamat fashion Franka Soeria, mereka yang membeli produk KW ingin mendapatkan identitas instan dengan harga terjangkau. Namun, pada kenyataannya, barang imitasi itu sangat terlihat kepalsuannya.

"Barang KW sering kali kelihatan palsunya karena memang produk luxury sedetail itu dalam membuat produknya dan sulit ditiru," kata Franka kepada Republika.co.id, Senin (27/3/2023).

Karena perbedaannya sangat mencolok, orang yang memakai produk KW tidak akan merasakan nyaman. Sebab, sewaktu-waktu mereka bisa ketahuan kalau produk yang dipakai ternyata palsu.

"Begitu ketahuan tidak orisinal, imej si pemakai langsung jatuh. Jadi, amat sangat berisiko untuk citra pemakainya," ujar dia.

Selain itu, pemakaian produk KW juga merugikan produsen fashion. Intellectual property mereka ditiru secara tidak bertanggung jawab oleh para penjual barang KW.

Padahal, ada banyak usaha dan proses panjang dalam menghasilkan suatu produk, dimulai dari pencarian ide hingga riset sehingga bisa menghasilkan desain yang bagus. Menurut Franka, para produsen KW adalah mereka yang tidak menghargai proses dan kreativitas orang lain. Mereka mengambil dan meniru dengan mudah hasil karya orang lain.

"Pemakai barang KW mendapatkan imej yang tidak baik di masyarakat karena mereka dianggap tidak menghargai nilai kejujuran," ucap Franka yang juga co-founder #Markamarie.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement