REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Papua yang juga Staf Ahli Kantor Staf Presiden Bidang Politik dan Keamanan, Lenis Kogoya mengatakan, akan membantu membebaskan pilot Susi Air yang hingga kini masih disandera oleh KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya. Upaya tersebut akan dilakukan dengan pendekatan secara kekeluargaan atau marga.
Melalui pendekatan itu, kata Lenis, keluarga Kogoya akan berupaya mengubah cara berpikir Egianus yang ingin memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Papua dengan memisahkan diri dari Indonesia. Lenis ingin mengajak kelompok kriminal bersenjata untuk bergabung dengan Indonesia dan bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan dalam pendidikan, kesehatan, dan juga ekonomi.
“Penyanderaan kapten pilot di Nduga, Ndugama, adik Kogoya yang namanya Egianus Kogoya, memang pola pikirnya Egianus ini atau masyarakat Papua ini kan memperjuangkan Papua merdeka, melepas dari NKRI, pola pikirnya mereka. Kalau saya ini pola pikir saya adalah bagaimana untuk merdeka dalam pendidikan, kesehatan, dan ekonomi,” jelas Lenis di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (27/2/2023).
Lenis mengatakan akan menggunakan pendekatan hati yang akan dilakukan dalam beberapa konsep untuk membantu pembebasan pilot Susi Air. Pertama yakni, lembaga masyarakat adat tanah Papua harus turun tangan untuk menghentikan aksi pembunuhan yang selama ini terjadi.
“Kami marga Kogoya turun tangan supaya kami ajak janganlah pembunuhan nggak baik,” kata dia.
Selain itu, lembaga adat juga akan menemui Egianus Kogoya dan terus melakukan komunikasi dengan para penyandera.
“Pendekatan keluarga itu kita berkomunikasi, lepaskan jangan sandera ini. Itu yang kita kejar,” tambah Lenis.
Lenis pun mengajak masyarakat Papua untuk tidak terus menerus melakukan aksi pembunuhan. Menurutnya, masyarakat Papua lebih baik bersama-sama membangun dan memajukan Tanah Papua agar menjadi wilayah yang sejahtera dan damai.
Sebab, kata dia, pemerintah juga telah mengupayakan kesejahteraan masyarakat Papua dan melakukan pembangunan melalui pembentukan empat provinsi baru.
“Dari dua provinsi, sekarang dikasih empat provinsi jadinya enam provinsi. Ngapain kita berantem bunuh-bunuh orang terus? Kami akan lembaga adat akan kejar mereka. Harus mereka bergabung untuk kerja keras harus kita memajukan Papua sebagai sejahtera damai. Itu harus kita tegakkan,” kata Lenis.
N