Selasa 28 Mar 2023 10:50 WIB

Skotlandia Pilih Pemimpin Muslim Pertama

Humza Yousaf merupakan seorang Muslim dan keturunan imigran Pakistan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Skotlandia. Partai pemerintah Skotlandia memilih Humza Yousaf sebagai pemimpin negara berikutnya. Ia merupakan seorang Muslim dan keturunan imigran Pakistan.
Foto: AP Photo/Alberto Pezzali
Bendera Skotlandia. Partai pemerintah Skotlandia memilih Humza Yousaf sebagai pemimpin negara berikutnya. Ia merupakan seorang Muslim dan keturunan imigran Pakistan.

REPUBLIKA.CO.ID, EDINBURGH -- Partai pemerintah Skotlandia memilih Humza Yousaf sebagai pemimpin negara berikutnya. Ia merupakan seorang Muslim dan keturunan imigran Pakistan.

Yousaf, yang lahir di Glasgow, akan dikukuhkan sebagai menteri pertama selama sesi parlemen Skotlandia di Edinburgh, hari ini (28/3/2023). Dia menghadapi tantangan untuk menyatukan partainya, Partai Nasional Skotlandia (SNP), sekaligus menghidupkan kembali dorongan kemerdekaan dari Inggris.

Baca Juga

Pria berusia 37 tahun tersebut saat ini tengah menjabat sebagai Menteri Kesehatan Skotlandia. Ia mengalahkan dua anggota parlemen Skotlandia lainnya, dalam kontes untuk menggantikan Menteri Pertama Nicola Sturgeon. 

Sturgeon tiba-tiba mengundurkan diri bulan lalu, setelah delapan tahun sebagai pemimpin partai dan pemerintah semi-otonom Skotlandia.

Anggota dari SNP memilih Yousaf daripada Menteri Keuangan Skotlandia Forbes, dengan selisih 52 persen dan 48 persen. Kandidat urutan ketiga, Ash Regan, tersingkir dalam pemungutan suara pertama. Adapun Jumlah pemilih di antara 72.000 anggota adalah 70 persen.

Dilansir di //Fox News//, Selasa (28/3/2023), Yousaf telah berjanji akan mendorong RUU kontroversial, untuk memudahkan orang Skotlandia mengubah jenis kelamin mereka secara legal. RUU itu disahkan oleh parlemen Skotlandia, tetapi diblokir oleh pemerintah Inggris.

Pemilih Skotlandia mendukung tetap tinggal di Inggris dalam referendum 2014, yang disebut sebagai keputusan sekali dalam satu generasi. SNP menginginkan pemungutan suara baru, tetapi London menolak untuk mengesahkannya.

Mahkamah Agung Inggris telah memutuskan bahwa Skotlandia tidak dapat mengadakan pemungutan suara tanpa persetujuan London. Yousaf mengatakan dia akan meminta otorisasi pemerintah Konservatif di London untuk mengadakan referendum baru. Kantor Perdana Menteri Rishi Sunak mengatakan jawabannya tetap tidak.

Tidak hanya itu, Yousaf juga mengatakan dia ingin membangun mayoritas yang mapan dan berkelanjutan untuk kemerdekaan. Jajak pendapat saat ini menunjukkan pemilih Skotlandia terbagi rata tentang masalah ini.

"Kepada orang-orang di Skotlandia yang belum berbagi semangat seperti yang saya lakukan untuk kemerdekaan, saya akan berusaha mendapatkan kepercayaan Anda dengan terus memerintah dengan baik," kata Yousaf.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement