REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hasran menilai Indonesia masih mempunyai beberapa pekerjaan rumah dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Ia mencontohkan seperti upaya meningkatkan penelitian dan pengembangan serta pelatihan SDM di sektor kendaraan listrik. Keduanya tidak bisa mengandalkan pembiayaan dari APBN semata.
Oleh karena itu, perlu ada skenario insentif yang lebih baik agar perusahaan kendaraan listrik juga mau melakukan kegiatan dan menyediakan pelatihan bagi pekerjanya maupun pihak luar.
"Selain itu, Indonesia perlu menetapkan prioritas utama dan fokus pada prioritas tersebut. Indonesia perlu menentukan, apakah dia ingin menjadi produsen baterai listrik, produsen kendaraan listrik ataukah keduanya," kata Hasran melalui keterangannya, Selasa (28/3/2023).