REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Fenomena flexing atau pamer harta di media sosial makin marak dilakukan. Bahkan, flexing di media sosial banyak dilakukan oleh publik figur, artis, hingga pejabat negara. Apa sebenarnya motivasi seseorang melakukan flexing lewat media sosial?
Pakar komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Deden Mauli Darajat mengatakan, ada beragam motivasi seseorang memamerkan harta bendanya melalui media sosial. Seseorang mengunggah sesuatu di media sosial tak lepas untuk menunjukkan eksistensinya kepada khalayak. Selain itu, seseorang mengunggah sesuatu di media sosial juga didorong oleh keinginan membutuhkan pengakuan diri dari orang-orang.
Pada orang yang senang memamerkan harta kekayaannya berupa barang-barang mewah, uang dan lainnya, menurut Deden adalah cara orang tersebut untuk mendapat pengakuan diri menunjukkan bahwa dirinya adalah orang yang kaya. Lebih dari itu, menurut dia, orang yang pamer harta kekayaan di media sosial didorong keinginan untuk menunjukkan pada orang lainnya bahwa orang yang memiliki harta bisa melakukan apa pun.
"Dia ingin menunjukkan karena dia punya, maka dia bebas melakukan apa-apa atau arogan. Dia ingin menunjukkan bahwa kekuatan itu ada pada kekayaan," kata Deden kepada Republika.co.id pada Selasa (28/3/2023).
Deden mengatakan, orang yang melakukan flexing ketika di medsos ingin mengirim pesan pada orang lain bahwa kehidupannya makmur dan bahagia dengan segala yang dimiliki. Namun, menurut Deden, apa yang ditunjukkan seseorang di media sosial bisa jadi berbanding terbalik dengan realita sebenarnya.
Selain itu, menurut Deden, orang yang melakukan flexing juga ingin mengirim pesan bahwa dirinya berkuasa. Orang yang flexing ingin menunjukkan bahwa dia dapat menyelesaikan segala sesuatunya dengan harta yang dimilikinya.
Menurut Deden, flexing dilarang dalam ajaran Islam. Sebab, dapat memantik keresahan dan keburukan baik bagi diri maupun orang lain. Islam justru mengajarkan untuk tawadhu dan hidup sederhana.
Karena itu, menurut Deden, sangat tepat untuk mempelajari kehidupan Khulafaur Rasyidin yang kendati sebagai pemimpin, menjalani hidup sederhana penuh dengan ketawadhu'an.