Selasa 28 Mar 2023 17:15 WIB

Meski Marah, Ada Ibrah dalam Pembakaran Alquran dan Islamofobia

Islamofobia itu nyata.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
 Sejumlah wanita melakukan aksi unjuk rasa memprotes Swedia atas aksi pembakaran kitab suci Alquran yang digelar di Karachi, Senin (30/1/2023). Sejumlah negara Islam mengutuk tindakan provokatif pembakaran kitab suci Alquran yang dilakukan politisi Swedia yang telah menodai toleransi antar agama.
Foto: EPA-EFE/NADEEM KHAWAR
Sejumlah wanita melakukan aksi unjuk rasa memprotes Swedia atas aksi pembakaran kitab suci Alquran yang digelar di Karachi, Senin (30/1/2023). Sejumlah negara Islam mengutuk tindakan provokatif pembakaran kitab suci Alquran yang dilakukan politisi Swedia yang telah menodai toleransi antar agama.

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Pembakaran dan penyobekan Al-Quran di Eropa itu sesungguhnya mengkonfirmasi ketidak senangan dan kemarahan akan hasil suvey the Brookings Institute tgl 29 Desember 2022 yang menemukan bahwa terjadi kenaikan signifikan pandangan positif masyarakat Amerika kepada Islam. Dari hanya sekitar 57 persen di tahun 2016 lalu menjadi 78 persen di tahun 2022 lalu.

Imam Masjid New York Shamsi Ali mengatakan Islamophobia seperti yang sering disampaikan bukan barang baru. Bahkan sejalan dengan sejarah penciptaan manusia itu sendiri. Dari Adam dengan Iblis, Nuh dengan pembesar kaumnya, Ibrahim dengan Namrud, Musa dengan Fir’aun, Isa dengan pembesar Yahudi, hingga ke Muhammad (SAW) dengan Abu Jahal dan AbuLahab.

Baca Juga

Dan karenanya yang perlu kita lihat secara dekat adalah kenapa Allah membiarkan phobia itu bertahan. Tidakkah dengan mudah Allah yang membolak balik hati manusia untuk jatuh hati dengan Islam sehingga tidak lagi terjadi phobia itu.

"Jawabannya adalah karena pasti ada hikmah dan pelajaran (‘ibrah) yang Allah siapkan untuk umat ini ambil sebagai bekal dalam perjalanan hidupnya. Lebih spesifik lagi tentunya sebagai bekal dalam melanjutkan langkah-langkah dalam mengemban amanah dakwah, melanjutkan tugas kerisalahan para nabi dan rasul,"ujar dia.

Di antara ‘ibar (pelajaran) itu adalah,

Pertama, agar umat ini membangun kesadaran penuh bahwa Islamophobia itu nyata. Bahkan menjadi sunnatullah dalam perjalanan dakwah itu sendiri.

Sekaligus menyadari bahwa Islamophobia itu bersifat terus menerus hingga akhir zaman. Realita ini digambarkan oleh Al-Quran di Surah As-shof ayat 8,

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, sedangkan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai.

Di ayat ini Allah memakai kata “yuriiduun” (continues tense) menunjukkan bahwa hal itu akan terus berlanjut.

Kedua, dengan peristiwa pembakaran Alquran dan banyak lagi peristiwa sebelumnya, kita disadarkan bahwa dunia memang tidak fair (unfair) dalam memperlakukan agama ini. Contoh terdekat adalah ketika terjadi pembacokan polisi di Time Square di malam tahun baru itu.

Pada saat yang sama terjadi penembakan massal di negara bagian (State) Florida dan Georgia yang menyebabkan tiga orang meninggal dunia. Tapi hanya pelaku Time Square yang dikaitkan dengan agama yang diakuinya (Islam). Pelaku lainnya dianggap sekedar melakukan kejahatan biasa. Bahkan dianggap mengalami gangguan jiwa.

Ketiga, melalui Islamophobia umat ini diingatkan oleh Allah tentang tanggung jawabnya. Apakah umat ini telah melakukan tanggung jawabnya sebagai penerus tanggung jawab risalah atau Dakwah? Terlebih lagi mereka yang memang ditakdirkan hidup di tengah-tengah non Muslim, termasuk di Amerika dan Eropa. Dengan realita Islamophobia ini Allah seolah mengatakan: “tanggung jawab kalian besar dan jauh ke depan”.

Keempat, dengan Islamophobia khususnya dengan pembakaran atau pelecehan Al quran ini mengajarkan bahwa kita berada dalam situasi peperangan (state of war). Bukan peperangan fisik. Justru peperangan yang lebih berbahaya. Yaitu peperangan ide. Ide itulah yang membentuk persepsi.

Dan persepsi dengan dukungan semua perangkat modern (Al-Quran memakai kata: afwaah atau mulut-mulut) itulah yang menjadi kebenaran bagi manusia yang tidak memiliki prinsip kebenaran (agama) dalam hidupnya.

Kelima, dengan peristiwa pembakaran Al quran ini, kembali menguatkan keimanan umat melalui realita di hadapan mata bahwa Al quran itu adalah mukjizat. Salah satu kemukjizatan Al quran adalah penjagaan Suci (Divine Protection) atau Al-hifzu al-Ilahi seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran itu sendiri dalam Al-Hijr ayat 9,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur\'an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.

Tentu banyak lagi hikmah atau pelajaran (‘ibrah) yang dapat kita petik dari berbagai tendensi phobia atau ketakutan yang tak berdasar kepada agama ini. Kalaulah sekiranya ragam peristiwa itu tak punya tujuan (purposeless) tentu Allah tidak akan membiarkannya.

Karenanya Umat Islam dalam menghadapi Islamophobia justru semakin tersadarkan. Sadar akan Qudrah atau kemaha kuasaan Allah. Sekaligus sadar akan tanggung jawab keislaman untuk menghadapinya dengan sikap yang bijak dan berkarakter.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement