REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Pertahanan Prancis Sébastien Lecornu mengatakan Prancis akan melipatgandakan pengiriman amunisi artileri 155 mm ke Ukraina menjadi 2.000 peluru per bulan. Ia menambahkan Paris juga berencana menambah anggaran yang memungkinkan Kiev membeli persenjataan Prancis.
Ukraina mengatakan pasokan peluru 155 mm sangat penting dalam perang menghadapi invasi Rusia. Kedua belah pihak menembakan ribuan peluru artileri setiap hari.
"Mulai akhir Maret kami melipatgandakan pengiriman peluru 155 mm menjadi 2.000 per bulan," Lecornu dalam wawancara dengan surat kabar Le Figaro, Selasa (28/3/2023).
Beberapa pekan terakhir pejabat Ukraina dan negara-negara Barat memperingatkan Kiev menghabiskan lebih banyak peluru dibandingkan pasokan yang dapat dikirimkan sekutu. Hal ini mendorong pengiriman pasokan baru dan cara untuk meningkatkan produksi.
Pada bulan Februari lalu Prancis dan Australia membuat kesepakatan agar Canberra menyedikan bubuk mesiu yang tidak diproduksi Prancis sehingga produsen senjata Nexter dapat memproduksi peluru artileri 155 mm. Pemerintah Prancis mengatakan kesepakatan ini akan mempercepat pengiriman pasokan peluru.
Sementara itu pada 20 Maret lalu negara-negara Uni Eropa menyepakati rencana 2 miliar euro untuk mengirimkan 1 juta peluru artileri ke Ukraina hingga tahun depan. Dengan mengambil dari persediaan mereka sendiri dan bekerja sama untuk membeli lebih banyak peluru.
Lecornu mengatakan pemerintah Prancis juga sedang membahas untuk menambah lebih banyak uang ke anggaran yang memungkinan Ukraina membeli senjata dari Prancis setelah anggaran sebesar 200 juta euro habis terpakai. Pemerintah Prancis menolak mengatakan berapa banyak uang yang akan ditambahkan.
Dua orang pejabat Prancis mengatakan Paris juga sedang mencari cara untuk memberikan paket baru kendaraan tempur lapis baja ringan AMX-10 RC setelah pengiriman gelombang pertama bulan ini. Pemerintah Prancis menolak mengungkapkan berapa banyak kendaraan lapis baja itu yang sudah dikirimkan.