REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menerima penghargaan dari Al-Azhar sebagai tokoh Islam Moderat atau Wasathiyah di acara peringatan Hari Lahir ke-1083 Al-Azhar. Kiai Ma'ruf berharap penghargaan tersebut terus menginspirasi dan memacu pengembangan Islam moderat hingga ke tingkat global.
"Saya harapkan dapat menginspirasi banyak pihak untuk aktif dan kontributif mendukung dan menumbuhkembangkan moderasi beragama baik lingkup regional maupun internasional,” ujar Ma'ruf di Istana Wakil PPresiden, Jakarta, Selasa (28/3/2023).
Ma'ruf menyampaikan penghargaan ini suatu kehormatan karena diperoleh dari lembaga pendidikan yang telah berusia lebih dari sepuluh abad. Al-Azhar kini telah menjelma menjadi universitas global yang terintegrasi dan sumber utama ilmu pengetahuan bagi seluruh umat Islam dalam lingkup global.
Dia berharap Al Azhar terus menjadi lembaga yang terus mendukung kehidupan moderasi beragama di tingkat gobal, yang tidak ekstrem ke kiri ataupun ke kanan.
"Harapannya tentu adalah guna mewujudkan kedamaian hubungan umat beragama, baik internal Islam maupun umat Islam dengan non Islam,” ujarnya.
Untuk itu, Wapres mengapresiasi Al-Azhar yang dengan semangat keterbukaan telah menjalin komunikasi dan kerjasama dengan berbagai lembaga dunia, termasuk salah satunya dengan Gereja Katolik di Vatikan.
“Pada 4 Februari 2019, Syekh Al-Azhar Prof. Dr. Ahmed Al-Tayeb bersama Pemimpin Vatikan Paus Fransiskus di Abu Dhabi telah menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama. Hari itu kemudian ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Hari Persaudaraan Manusia Internasional,” tuturnya.
Hal tersebut, kata Wapres, telah menjadi perhatian dunia untuk terus mendorong perdamaian antarumat beragama.
“Tak kalah penting, upaya tersebut (juga) merupakan tonggak penting dalam membangun peradaban agama Islam yang rahmatan lil a’lamin,” tegasnya.
Pada kesempatan ini, Wapres juga mengapresiasi hubungan dan kerjasama yang erat antara Indonesia dengan Pemerintah Mesir yang telah berlangsung lama. Menurutnya, atas dukungan Pemerintah Mesir, puluhan ribu pelajar dan mahasiswa asal Indonesia dapat bermukim dan menuntut ilmu di Mesir.
“Untuk itu, saya sampaikan terima kasih kepada Pemerintah Mesir yang telah memberikan dukungan beasiswa kepada mahasiswa Indonesia di Al-Azhar yang jumlahnya juga kian meningkat. Hari ini menurut yang saya dengar ada kurang lebih 12 ribu mahasiswa/pelajar kita di Mesir,” ungkapnya.
Sebagai upaya agar proses studi berjalan lancar, dia juga menekankan, kini Pemerintah Indonesia telah dan akan terus memperbaiki tata kelola pengiriman pelajar dan mahasiswa Indonesia ke Mesir guna memastikan hak didik dan hak perlindungannya terpenuhi.
“Dan kami juga menawarkan kepada warga Mesir untuk menuntut ilmu dan budaya sekaligus pertukaran pengetahuan dan teknologi di Indonesia tentu juga terus terbuka. Kami ada Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII),” jelasnya.
Ke depan, Ma'ruf berharap, hubungan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Mesir dan Al-Azhar akan semakin erat dan dapat menghasilkan kontribusi optimal terhadap pembangunan peradaban Islam dunia.
Sebelumnya, Ketua OIAA Cabang Indonesia Muhammad Zainul Majdi (Tuan Guru Bajang) melaporkan, Al-Azhar memberikan penghargaan kepada Wapres sebagai Tokoh Islam Moderat (Wasathiyah) karena sosok Wapres yang telah luar biasa berkontribusi, baik sebagai cendekiawan muslim, ulama terpandang, maupun sebagai Wakil Presiden dalam mengokohkan Islam moderat di Indonesia.
“Baik dalam konteks berbangsa maupun beragama. Sekian panjang kiprah dari Bapak Wapres rupanya juga menjadi sesuatu yang dicermati oleh Al-Azhar, termasuk beliau selalu memberikan dukungan dan support untuk seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh alumni Al-Azhar,” ungkapnya.
Meskipun bukan merupakan alumni Al-Azhar, tutur TGB, Ma'ruf memiliki sanad keilmuan yang menyambung ke Al-Azhar, yakni dari Kakek Buyutnya, Syekh Nawawi Al-Bantani yang merupakan murid para Grand Syekh Al-Azhar seperti Syekh Ibrahim Al-Bajuri dan Syekh Abdullah As-Syarqawi.
Selain itu, sambung TGB, kiprah Wapres selama ini sejalan dengan perhatian besar Grand Syekh dan para pimpinan Al-Azhar terutama dalam memperkokoh budaya damai, memerangi Islamophobia, meruntuhkan pemikiran ekstrem, batasan (dhowabitul) fatwa, serta terus menerus membangun narasi beragama yang kontekstual.
“Ternyata lima hal tersebut sesuai (in line) dengan apa yang sering disuarakan oleh Bapak Wapres Ma’ruf Amin dalam beragam kesempatan,” ujarnya.