REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Amnesty International (AI) mengecam standar ganda negara-negara Barat. Barat bersuara lantang atas invasi Rusia ke Ukraina tetapi bungkam terhadap pelanggaran HAM yang terjadi di Timur Tengah serta Afrika. Sikap mendua Barat juga terlihat soal isu imigrasi.
Lembaga yang berbasis di London, Inggris ini mengungkapkan, standar ganda Barat inilah yang kemudian memicu represi terhadap jutaan warga di kawasan tersebut. Pada akhirnya juga menyebabkan munculnya migrasi warga menuju wilayah yang dianggap lebih aman dan menjanjikan.
‘’Mereka segera membuka perbatasannya untuk menerima pengungsi dari Ukraina,’’ ungkap Wakil Kepala AI untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Aya Majzoub saat peluncuran laporan tahunan di kantor mereka di Beirut, Lebanon, Selasa (28/3/2023).
Sayangnya, tindakan berbeda mengemuka saat menyambut pengungsi Timur Tengah atau Afrika. ‘’Sangat kontras perlakuan mereka pada pengungsi dan migran dari Suriah yang dilanda perang saudara, Libya atau Lebanon yang dibekap krisis ekonomi,’’ kata Majzoub.
Pada 2022, migran yang berusaha masuk ke negara Uni Eropa (UE) tanpa otorisasi sekitar 330 ribu, tertinggi dalam lima tahun. Pada 2015, lebih dari satu juta orang, sebagian besar pengungsi Suriah akibat perang saudara, mencapai Eropa.
Jerman menerima banyak pengungsi Suriah saat itu. AS dan UE kerap mengeklaim miliaran dolar AS digelontorkan untuk membantu pengungsi Suriah. Sekarang, banyak negara Eropa mendorong resformasi sistem bagi para pencari suaka.
Ia memuji komunitas internasional yang mengecam serangan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap warga sipil Ukraina. Namun, menurut dia, respons tegas terhadap perang di Suriah yang sudah berlangsung selama 12 kurang terlihat.