REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menilai minat investor pada lelang surat utang negara tergolong baik di tengah berita negatif soal sektor perbankan di Amerika Serikat. Hal ini tercermin dari penawaran masuk sebesar Rp 29,34 triliun atau 1,5 kali dari target indikatif yang telah diumumkan sebelumnya.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan, lelang dilakukan untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara 2023.
Dari penawaran masuk sebesar Rp 29,34 triliun, Kemenkeu memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp 20 triliun. "Kami mempertimbangkan imbal hasil surat berharga negara yang wajar di pasar sekunder, rencana kebutuhan pembiayaan 2023, dan kondisi kas negara terkini," ujar Deni dalam keterangan resmi, Rabu (29/3/2023).
Meski begitu, penawaran masuk tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan penawaran masuk lelang sebelumnya lantaran didorong kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed sesuai ekspektasi sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen sampai dengan lima persen pada pertemuan 22 Maret 2023. Begitupun sikap optimis pelaku pasar bahwa The Fed tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga pada tahun ini.