REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejauh 400 kilometer barat laut Kota Madinah Arab Saudi terdapat bukit-bukit batu yang tak biasa. Bukan sekadar gunung batu seperti di Grand Canyon Amerika Serikat. Bukit tersebut seperti dipahat sehingga menjadi bangunan berarsitektur indah menyerupai desain bangunan Romawi dan Yunani.
Kawasan itu hanya ada di Jazirah Arab, mulai dari Petra di Yordania hingga ke al-Ula Arab Saudi. Sebutannya adalah al-Hijr atau Hegra, mirip dengan nama Surah al-Hijr dalam Alquran. Nama lainnya adalah Madain Shaleh atau kota-kota Nabi Shaleh. Di kawasan tersebut dahulu, ribuan tahun lalu, utusan Allah bernama Shaleh mendakwahkan tauhid di sana. Bagaimana kisahnya? Yuk kita simak ulasannya berikut ini.
Al-Hijr adalah kawasan perdagangan, jalur niaga, yang menghubungkan Laut Merah (perairan Arab), Hijaz, dan Damaskus atau dahulu dikenal dengan sebutan Syam. Seperti halnya Samarkand yang kini berada di Uzbekistan, Al-Hijr menjadi destinasi penduduk dari berbagai kawasan. Mereka datang membawa kebudayaan masing-masing yang khas. Di al-Hijr semuanya berkumpul, bahkan ada yang sampai membangun keluarga, sehingga ragam budaya menyatu dalam kebersamaan. Alquran menyebut mereka sebagai Kaum Tsamud.
Kekhasan mereka adalah kemampuan mengukir yang luar biasa. Bukan sekadar batu, tapi bukit yang mereka ukir sehingga menjadi tempat tinggal yang luar biasa megah dan mewah. Jejak peninggalan mereka ditemukan hingga detik ini. Bahkan menjadi destinasi wisata Arab Saudi, meski kawasan itu diyakini sebagai kawasan terkutuk.
Pada 2019, kawasan Al-Hijr yang dimulai dari Al-Ula didatangi artis kelas dunia seperti Yanni dan Andrea Boceli. Mereka menunjukkan kemampuan bermusiknya untuk meramaikan musim dingin Tantora yang diselenggarakan di sana. Banyak orang berdatangan ke sana menyaksikan kebolehan sang artis. Sekaligus menikmati keindahan pelepasan balon udara aneka warna. Pada saat itu, kawasan bukit bebatuan terpahat menjadi rumah dan istana yang sepi, mendadak ramai dan penuh warna.
Kembali ke masa lalu al-Hijr, ribuan tahun silam, jauh sebelum masehi, masyarakat al-Hijr hidup dalam kemakmuran. Mereka memenuhi kebutuhan hidup dengan hasil tani. Namun mereka menyembah berhala, tradisi tertinggal yang menjadi kebiasaan orang-orang dahulu.
Allah kemudian menurunkan nabi yang bijaksana kepada mereka. Namanya shaleh. Dia merupakan nabi yang hidup setelah Adam, Syits, Idris, Nuh, dan Hud. Misi yang diembannya sama dengan yang disebarkan para nabi terdahulu, yaitu menyerukan tauhid, mengajak orang-orang berpaling dari berhala, dan beriman kepada Allah. Tapi ini bukan perkara mudah.
Ketika itu nabi Shaleh hidup sebagai orang yang dikenal jujur. Selalu menyampaikan kebenaran. Jauh dari perangai buruk seperti dusta, khianat, dan segala keburukan. Orang begitu kagum kepada Shaleh. Ketika melihat Shaleh datang, orang akan langsung menghormatinya dengan segala kebaikan.
Namun suatu ketika, mereka yang begitu menghormati sang nabi, berubah. Hal itu terjadi ketika Nabi Shaleh mengajak mereka mengimani Allah. Saat itu mereka menyangsikan kebaikan sang nabi. Orang-orang al-Hijr bertanya-tanya, mengapa ini orang ingin mengganti tradisi lama warisan nenek moyang, kebiasaan yang sudah dilestarikan sejak lama. Hingga kemudian mereka mempertanyakan apa bukti Shaleh adalah nabi.
Kaum Tsamud kemudian meminta hal yang di luar jangkauan manusia, hal yang aneh-aneh. Mereka minta unta yang keluar dari bukit batu yang ada di sana. Mereka mengatakan, jika memang nabi adalah orang yang dekat dengan Tuhan, maka pasti apa yang diminta, akan dikabulkan. Kemudian mereka berjanji, jika memang permintaan itu terwujud, maka mereka akan mengimani apa yang dikatakan Shaleh. Mereka akan menjadi pengikut Shaleh.