REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Sebanyak 91 desa 91 desa/kelurahan yang tersebar di 21 kecamatan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, rawan mengalami kekeringan pada musim kemarau 2023. Hal itu berdasarkan hasil pemetaaan daerah rawan kekeringan yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
"Pemetaan dilakukan untuk memastikan jumlah daerah yang benar-benar masih rawan kekeringan," kata Kepala Pelaksana BPBD Banyumas, Budi Nugroho di Purwokerto, Banyumas, Rabu. Pemetaan, ungkap dia, juga dalam rangka mengantisipasi dampak kemarau panjang yang berpotensi terjadi pada 2023 ini.
Diungkapkan, pada musim kemarau 2021 dan 2022, kata dia, dampak kekeringannya tidak terlalu signifikan. Karena adanya fenomena La Nina sehingga hujan terjadi sepanjang tahun.
Ia pun memperkirakan jumlah desa/kelurahan yang rawan kekeringan di Banyumas pada tahun ini berkurang seiring dengan adanya program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (pamsimas) maupun perluasan jaringan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Satria Banyumas.
"Meskipun demikian, kami tetap berupaya mengantisipasi dampak kemarau panjang terutama di daerah-daerah yang tingkat kerawanan kekeringannya tergolong tinggi," tegasnya.
Ia mengatakan wilayah kecamatan di Banyumas yang tingkat kerawanan kekeringannya tinggi, antara lain Gumelar, Purwojati, Somagede, Jatilawang, Cilongok, dan Ajibarang. Di wilayah-wilayah tersebut, jika dalam kurun satu bulan tidak terjadi hujan akan berdampak kekeringan.
Selain berdampak terhadap kekeringan, musim kemarau juga mengakibatkan terjadinya krisis air bersih di wilayah Banyumas. Seperti di Desa Nusadadi yang sumber airnya sering kali terintrusi air laut, sehingga berasa payau dan tidak layak minum.
"Oleh karena itu, kami telah menyiagakan dua armada tangki air masing-masing berkapasitas 5.000 liter sebagai sarana untuk menyalurkan bantuan air bersih bagi masyarakat yang membutuhkan," jelas Budi.