Rabu 29 Mar 2023 20:36 WIB

Ketika Dapur Keluarga Rasulullah SAW Pernah Tak Ngebul, Begini Penuturan Sayyidah Aisyah

Aisyah mengisahkan kondisi dapur keluarga Rasulullah SAW yang jauh dari kata melimpah

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Rasulullah SAW. Aisyah mengisahkan kondisi dapur keluarga Rasulullah SAW yang jauh dari kata melimpah
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Rasulullah SAW. Aisyah mengisahkan kondisi dapur keluarga Rasulullah SAW yang jauh dari kata melimpah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ibarat perkataan orang-orang sekarang, tidak ada uang maka dapur tidak ngebul. Setidaknya keadaan inilah yang pernah dirasakan keluarga Nabi Muhammad SAW.

Dapur keluarga Nabi SAW pernah tak ngebul, alias tidak bisa memasak karena tak ada uang. Kisah tersebut diceritakan sendiri oleh istri Nabi Muhammad SAW, Aisyah RA. Dia berkata: 

Baca Juga

إن كنَّا آلَ مُحَمَّدٍ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ لِنمكثُ شَهرًا ما نوقِدُ فيهِ بنارٍ ما هوَ إلَّا التَّمرُ والماءُ

"Kami keluarga Muhammad SAW pernah selama sebulan tidak menyalakan api (untuk memasak) selain hanya makan kurma dengan air." (HR Muslim). Riwayat lain melengkapi hadits tersebut, Aisyah RA berkata: 

 أنه قد كان لرسول الله صلى الله عليه وسلم جيران من الأنصار، وكانت لهم منائح، فكانوا يرسلون إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم من ألبانها، فيسقيناه

"Terkadang beberapa tetangga Rasulullah SAW dari golongan Anshor yang memiliki domba suka mengirimkan susu kepada kami untuk diminum." Dalam riwayat Aisyah RA yang lain, dia berkata:

ما شبِع آلُ محمَّدٍ من خُبزِ الشَّعيرِ يومَيْن مُتتابعَيْن حتَّى قُبِض رسولُ اللهِ

"Keluarga Muhammad SAW tidak pernah kenyang dengan roti gandum selama dua hari berturut-turut hingga Rasulullah SAW wafat." (HR Muslim) 

Nabi Muhammad SAW pernah berdoa agar rezeki yang dilimpahkan Allah SWT kepada keluarganya dapat membuat mereka kuat. Dari Abu Hurairah RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW berdoa: 

اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوتًا  "Ya Allah, jadikanlah rezeki keluarga Muhammad dapat menguatkan badan dan memadai." (HR Muslim) 

Rasulullah SAW selama hidupnya selalu makan dengan lahap makanan apa saja yang dihidangkan dan tidak pernah mencela atau mengkritik makanan yang dihidangkan. 

Dari Aisyah RA, dia berkata, "Beliau SAW tidak pernah mengeluh ihwal makanan meski sedikit pun." 

Namun, riwayat-riwayat tersebut bukanlah untuk mengajarkan umat Muslim untuk hidup melarat atau miskin. 

Hadits-hadits tersebut adalah pesan untuk tetap rendah hati dan hidup sederhana serta peduli antarsesama. 

Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?

Nabi SAW memang pernah berdoa agar ia hidup dalam keadaan miskin dan matinya pun dalam keadaan miskin. Aisyah RA kemudian bertanya, "Mengapa Anda berdoa demikian wahai Nabi?" 

Nabi menjawab, "Karena orang-orang miskin itu akan masuk surga lebih dahulu daripada orang-orang kaya dengan jarak waktu 40 masa. Wahai Aisyah, janganlah kamu menolak orang miskin meskipun dengan memberi separuh buah kurma. Cintailah orang-orang miskin dan dekatilah mereka, maka Allah akan mendekatkan kamu pada hari kiamat." 

Ulama hadits Indonesia, almarhum Prof KH Ali Mustafa Yaqub menjelaskan dengan menukil pendapat Al-Qutaibiy, bahwa kata miskin dalam hadits itu menggunakan kosa kata al-sukun yang berarti khusyu dan tawadhu. 

Dengan demikian, miskin di situ bukan berarti kemelaratan, melainkan ketenangan, kekhusyuan dan kerendahan hati. 

Dari situlah, mungkin dapat dikatakan bahwa mereka yang mendapatkan kekhusyuan, ketenangan hidup dan kerendahan hati adalah orang-orang bawah, wong cilik, atau orang yang tidak kaya raya. 

Para pengikut Nabi Muhammad SAW adalah wong cilik atau kelompok menengah ke bawah, tetapi merekalah yang aktif sholat berjamaah di masjid-masjid. 

Karena itu, menurut Kiai Ali Mustafa, sangatlah wajar jika Nabi SAW berdoa meminta kemiskinan seperti itu. Semua orang di dunia mungkin tidak ada yang mau hidup miskin. Semua berupaya mengentaskan diri dari kemiskinan. Tetapi, Allah SWT memiliki kehendak mutlak.   

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement