REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada pertengahan atau menuju akhir bulan Ramadhan, sebagian orang semangat dalam beramal menjadi berkurang. Untuk itu ia perlu diingatkan kembali tentang keistimewaan puasa serta tujuan hidupnya di dunia.
Dikutip dari buku Risalah tentang Itikaf dan Lailatul Qodr oleh Abu Ubaidah Yusuf, bahwa Syaikh Shalih al-‘Ushaimi menyebutkan lima hal yang harus diingat oleh seorang hamba agar bersemangat di penghujung Ramadhan dan melawan penyakit malas yang menyapanya:
1. Hendaknya dia mengingat bahwa waktu yang tersisa hanya tinggal sedikit. Oleh karena itu, Allah berfirman tentang setelah menyebutkan tentang kewajiban puasa:
أيامامعدودات
“Hanya beberapa hari yang bisa dihitung.”
Jika mengingat bahwa sisa waktu tinggal sedikit lagi, dia akan termotivasi untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan menyabarkan diri dalam ketaatan.
2. Hendaknya seorang hamba mengingat janji-janji Allah tentang balasan dan ampunan bagi orang yang menyelesaikan ibadah di bulan Ramadhan, seperti sabda Nabi:
مَن صام رمضان إيمانًا واحتسابًا غُفر له ما تقدَّم من ذنبه
"Barang siapa yang puasa di bulan ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu." (HR Bukhari dan Muslim).
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barang siapa yang mengerjakan shalat malam di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu." (HR Bukhari dan Muslim).
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمانًا واحْتِسَابًا، غُفِر لَهُ مَا تقدَّم مِنْ ذنْبِهِ
"Barang siapa yang shalat pada malam Lailatul Qodr dengan penuh keimanan dan harapan pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR Bukhari dan Muslim).
Perhatikanlah sabda Nabi “Di Bulan Ramadhan” yang menunjukkan bahwa keutamaan tersebut bagi mereka, yang menyempurnakan hingga selesai Ramadhan secara total.
3. Hendaknya seorang hamba menyadari bahwa amal ibadah yang dia lakukan adalah sebuah bentuk wujud syukur dia kepada Allah. Oleh karena itu, tatkala Nabi pernah shalat malam hingga pecah-pecah kakinya, lalu Aisyah berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah, apakah engkau melakukan ini padahal Allah sudah mengampuni dosa-dosamu? Nabi menjawab: Wahai Aisyah, apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang bersyukur?" (HR. Bukhari: 4837 dan Muslim: 2820).
Maka termasuk bentuk syukur kepada Allah jika engkau semangat beramal dan menyabarkan diri dalam ketaatan. Sebanyak apa pun amal kita maka syukur kita masih sedikit kepada Allah.
4. Hendaknya seorang mengingat bahwa ajal dia adalah rahasia yang tidak dia ketahui kapan akan datang menjemputnya. Betapa banyak orang sebelum kita yang meninggal dunia di penghujung Ramadhan sehari atau dua hari.
5. Hendaknya seorang mengingat bahwa letih dan capek yang dia rasakan di dunia ini tak sebanding dengan letihnya di akhirat nanti saat matahari didekatkan kepada manusia sehingga keringat bercucuran padanya dan lain sebagainya.
Namun, jika engkau letih dan capek sekarang, Allah akan mengganti letihmu kelak di akhirat nanti dengan kenikmatan. (Tashbiru Nafsi Fiima Baqiya Min Ramadhan) Sahabat Abu Musa Al-Asyari sebelum meninggal dunia beliau meningkatkan semangatnya beribadah sehingga dikatakan kepada beliau: Seandainya engkau sedikit mengasihani dirimu. Beliau pun menjawab:
"Sesungguhnya kuda itu apabila mendekati garis finis dia akan mengerahkan semua tenaganya agar menangdalam perlombaan."
Sesungguhnya sisa umurku tinggal sebentar lagi. Demikian beliau terus bersemangat hingga meninggal dunia. (Al-Baihaqi).
Seorang secara umum dituntut untuk bersemangat dalam beramal shalih karena dia tidak tahu kapan malaikat maut menjemputnya. Namun, lebih ditekankan lagi bagi mereka yang sudah akan melewati garis finis. Maka, janganlah dirimu menjadi orang yang kalah cerdas dari kuda. Tingkatkan semangatmu karena setiap amal bergantung pada penutup akhirnya.