Kamis 30 Mar 2023 12:15 WIB

Tausyiah di Aceh, Wapres: Belum Betul Puasa Kita Jika tidak Menjadi Orang Bertakwa

Wapres berharap semua Muslim di Indonesia khusyu berpuasa pada Ramadhan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Erdy Nasrul
Wakil Presiden Maruf Amin melaksanakan Shalat Tarawih di Masjid Raya BaiturWapres Shalat Tarawih di Masjid Raya Baiturrahmanrahman, Banda Aceh, Rabu (29/3/2023).
Foto: dok. BPMI
Wakil Presiden Maruf Amin melaksanakan Shalat Tarawih di Masjid Raya BaiturWapres Shalat Tarawih di Masjid Raya Baiturrahmanrahman, Banda Aceh, Rabu (29/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH--Wakil Presiden Ma'ruf Amin melaksanakan shalat tarawih berjamaah di Masjid Raya Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, pada Rabu (29/3/2023) malam. Kiai Ma'ruf juga memberikan tausyiah pada malam kedelapan Ramadan 1444 Hijriyah.

Kiai Ma'ruf dalam tausiyahnya mengingatkan keutamaan puasa, yakni membentuk umat Islam agar semakin bertakwa kepada Allah SWT. Karena itu, dia berharap puasa Ramadhan kali ini dijalani umat Muslim dengan meningkatkan ketakwaan.

Baca Juga

"Puasa menjadikan kita menjadi orang yang bertakwa, kalau kita setelah puasa tidak menjadi orang muttaqin, puasa kita belum betul belum menghantarkan kita menjadi orang bertakwa," kata Kiai Ma'ruf.

Karena itu, menurut dia, umat Muslim diperintahkan Allah SWT puasa setiap tahun. Bahkan, ada puasa sunah, seperti Senin dan Kamis, puasa daud secara terus-menerus.

Kiai Ma'ruf menjelaskan, orang yang bertakwa adalah orang yang menjalankan segala perintah dan menghindari larangan-larangan Allah SWT. 

"Orang takwa orang yang menjalankan perintah dan meninggalkan larangan, orang bertakwa itu orang yang mengerjakan apa yang Allah bilang kerjakan, tidak mengerjakan apa yang kata Allah jangan dikerjakan," ujarnya.

"Orang yang takwa itu orang yang patuh terhadap perintah Allah karena emang orang yang beriman itu seperti di katakan di Alquran, ucapan orang mukmin itu kalau dipanggil oleh allah , jawabannya sami'na waatakna kami dengar kami patuhi," katanya.

Dalam tausiyahnya, dia menyampaikan pesan agar seluruh umat muslim dapat memanfaatkan momen Bulan Suci Ramadan selain sebagai momentum untuk meningkatkan ketakwaan dan kepatuhan, juga untuk memperteguh komitmen kebangsaan.

"Menjalankan sebagai muslim kaffah (seutuhnya) itu perintah Allah (kepada Manusia). Bagi kita, muslim kaffah adalah memegang komitmen kebangsaan sebagai bangsa Indonesia," ujarnya.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu mengatakan, memiliki arti bahwa setiap individu menghormati seluruh kesepakatan yang telah dibuat oleh para pendiri bangsa demi persatuan Indonesia. Adapun kesepakatan tersebut adalah Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia

"Muslim kaffah berarti kita memegang kesepakatan nasional yang telah dibangun para pendiri bangsa," ujarnya.

"Berarti kita tidak boleh kemudian bertentangan dengan sikap bangsa Indonesia yang memiliki komitmen kebangsan," katanya menambahkan.

Oleh karena itu, melalui Bulan Ramadan ini, Wapres mengajak seluruh umat Muslim untuk berkomitmen menjalankan kepatuhan-kepatuhan ini, tidak hanya pada bulan puasa, tetapi juga sepanjang masa.

"Harus kita jaga terus. Tidak hanya Ramadan, tetapi juga sepanjang tahun," ujar Wapres.

Bertindak sebagai imam pada Salat Tarawih adalah Tgk. Jamhuri Ramli. Sedangkan bertugas mengumandangkan azan (muazin) adalah Azhari HTA dan M. Iqbal Hasan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement