REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Masyarakat Muslim di Indonesia menjadi mayoritas, akan tetapi belum menguasai perekonomian di negeri sendiri. Mereka yang memiliki kekuatan ekonomi di Tanah Air adalah saudara-saudara keturunan Tionghoa yang jumlahnya sekitar 5 persen.
Republika bertanya kepada Wakil Presiden Indonesia periode 2004-2009 dan 2014-2019, Muhammad Jusuf Kalla (JK), akankah Islam bangkit di Indonesia yang masyarakat Muslimnya belum memiliki kekuatan ekonomi, ataukah Islam akan bangkit di Eropa yang masyarakat Muslimnya secara umum memiliki kekuatan ekonomi.
JK menjawab, umat Islam Indonesia jumlahnya sekitar 88 persen. Dari sisi kehidupan keagamaan, jumlah masjid terus bertambah banyak, orang yang melaksanakan ibadah haji sampai antre, dan orang yang melaksanakan umroh selalu ada.
"Salah satu yang kita (umat Islam Indonesia) lemah dari segi ekonomi," kata JK saat diwawancarai Republika di kediamannya di Jakarta, Rabu (29/3/2023).
JK yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) menyampaikan, selalu mengajak dan kampanye kepada para dai dan khotib agar dalam berdakwah tidak hanya bicara akidah, ibadah, fikih, dan sejarah masa lalu. Sebaiknya, dai dan khotib juga berbicara tentang muamalah khususnya tentang perdagangan, perniagaan, pertanian dan yang menyangkut kemaslahatan serta kesejahteraan karena di situ letak kebangkitan itu.
Kebangkitan Dipengaruhi Pendidikan dan Ekonomi
JK menyampaikan, diketahui bersama jumlah Muslim di Eropa sebanyak apa. Sebagian dari mereka mempunyai peran politik. Di Skotlandia, perdana menterinya keturunan Pakistan, di London walikotanya Islam, dan banyak lagi yang seperti itu.
Menurut JK, yang bangkit itu umumnya penduduk Asia Selatan, India dan Pakistan. Kebangkitan itu bukan hanya kebangkitan Islam tetapi kebangkitan masyarakat.
"Kebangkitan masyarakat itu sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan juga ekonomi, karena peradaban selalu dimulai dari ilmu pengetahuan dan ekonomi, kemudian Islam kuat karena ada pondasi ini, sehingga menimbulkan peradaban baru," ujar JK.
JK mengingatkan, jumlah umat Islam di Indonesia besar, tapi harus meningkatkan pendidikan dan ekonomi. Setelah pendidikan dan ekonominya meningkat, Muslim Indonesia akan punya pengaruh kuat.
Menurut JK, pendidikan dan ekonomi terkait dengan kebijakan pemerintah, tapi juga terkait dengan semangat masyarakat. Walaupun ada kebijakan pemerintah tapi semangat masyarakatnya seperti apa?
"Saya selalu katakan begini, mari kita mencontoh Rasulullah. Rasulullah itu dagang mulai umur 13 tahun sampai umur 40 tahun, jadi Rasulullah itu berdagang 27 tahun, dan jadi Rasul umur 40 sampai 63 tahun, jadi Rasulullah lebih lama berdagang dari menjadi Rasul," jelas JK.
JK menegaskan, berdagang itu sunnah, kalau itu dipahami dan laksanakan, pendidikan dan ekonomi ditingkatkan. Tentu, pihak pemerintah ingin meningkatkan pendidikan dengan caranya, tetapi ini ada hubungannya dengan politik.
Menurut JK, sekarang Indonesia negara yang paling dilematis. Masyarakat Muslim Indonesia jumlahnya mencapai sekitar 88 persen. Tapi ekonomi dikuasai oleh sahabat-sahabat dari Tionghoa yang jumlahnya tidak lebih dari lima persen.
"Kalau di Thailand dan di Filipina juga terjadi hal yang sama tapi di sana yang kaya sebagian besar orang Tionghoa ini dan yang tidak kaya masyarakat biasa itu, agamanya sama," ujar JK.
Ia menerangkan, di Filipina masyarakat yang kaya dan tidak kaya agamanya sama-sama Katolik, dan di Thailand agamanya sama-sama Buddha. Di Indonesia, masyarakat yang kaya dan tidak kaya agamanya berbeda. Negara Islam seperti Turki dan di Timur Tengah agamanya sama.
"Inilah sebabnya kita harus mendorong (kemajuan pendidikan dan ekonomi) dan selalu dimulai dari semangat, jadi saya bilang kita belajar bagaimana caranya orang Tionghoa berdagang, bekerja, berkeluarga karena itu intinya ada dari kehidupan kekeluargaan," kata Mantan Wakil Presiden RI ini.
JK mengatakan, ke berbagai pihak bicara pentingnya meningkatkan pendidikan dan ekonomi. Muhammadiyah juga sudah membuat lembaga ekonomi, dan Nahdlatul Ulama (NU) juga sama, karena mereka menyadari pentingnya hal tersebut. JK juga bersyukur Muhammadiyah pendidikannya sangat bagus, menurutnya itu memberikan dorongan positif.