REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru mengungkapkan, orang tanpa penyakit kardiovaskular yang memiliki aterosklerosis koroner obstruktif dapat meningkatkan risiko serangan jantung hingga delapan kali lipat. Studi tersebut menunjukkan, setengah dari orang dewasa di dunia yang berusia di atas 40 tahun mungkin memiliki kondisi tersembunyi atau tidak terdeteksi.
Penyakit jantung adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Sementara itu, penyakit arteri koroner merupakan penyakit jantung yang umum di mana arteri koroner yang memasok darah ke jantung tersumbat oleh plak. Ini menyebabkannya menjadi lebih sempit dan tidak fleksibel.
Kemudian kondisi selanjutnya dapat mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke jantung dan dapat menimbulkan serangan jantung. Penyempitan arteri ini disebut aterosklerosis. Terkadang pecahnya plak dapat menimbulkan gumpalan darah yang dapat menjalar ke berbagai bagian tubuh seperti otak dan dapat menyebabkan strok.
Mengapa tidak terdeteksi?
Menurut studi yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine, hampir setengah dari orang dewasa di dunia yang berusia di atas 40 tahun mungkin memiliki kondisi jantung yang tidak terdeteksi. Sesuai studi, aterosklerosis adalah alasan utama serangan jantung dan kematian jantung.
Kondisi ini dapat berkembang bertahun-tahun sebelum terdeteksi. Studi tersebut melibatkan lebih dari 9.500 subjek yang berusia di atas 40 tahun. Mereka tidak memiliki diagnosis penyakit kardiovaskular sebelumnya.
Dilansir Health Site, Kamis (30/3/2023), computed tomography angiography (CTA) digunakan untuk mengidentifikasi penyakit koroner obstruktif yang tidak terdeteksi. Hasilnya menunjukkan 46 persen peserta memiliki penyakit jantung yang tidak terdeteksi sebelumnya. Di antara mereka, 36 persen menderita penyakit non-obstruktif dan 10 persen menderita penyakit obstruktif.
Menurut para ahli, elemen yang mengejutkan adalah 10 persen memiliki penyakit obstruktif tanpa gejala apa pun. Studi tersebut juga menunjukkan penyakit jantung mungkin tidak selalu datang dengan gejala.
Oleh karena itu, untuk menilai risiko kardiovaskular pada orang dewasa tanpa gejala, mungkin harus melakukan tes yang lebih invasif seperti CT angiogram koroner. Sesuai laporan, akhir-akhir ini ada tes darah yang sangat sensitif dan dinilai dapat mendeteksi kadar troponin, protein yang dilepaskan ke dalam darah saat otot jantung rusak.