REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Waketum PSSI Zainudin Amali memastikan pembatalan tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 oleh FIFA bukan karena Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu. Dia mengatakan, FIFA mengambil langkah tegas membatalkan status tuan rumah Indonesia karena situasi terkini, yang merujuk pada penolakan terhadap Timnas Israel.
"Kalau karena soal Kanjuruhan, kita bisa langsung di banned, langsung dicabut ketuanrumahan, jadi tidak ada hubungan dengan kanjuruhan. Bahkan saat Tragedi Kanjuruhan, presiden FIFA datang menyatakan duka cita, ikut prihatin dan membantu kita untuk transformasi," kata Zainudin, Kamis (30/3/2023).
Menurut Zainudin, jika Tragedi Kanjuruhan menjadi alasan FIFA mencabut status tuan rumah Indonesia, maka hal itu seharusnya sudah dilakukan sejak lama karena menganggap Indonesia tidak aman. Namun, kata dia, pada kenyataannya Presiden FIFA Gianni Infantino tetap datang pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada November 2022.
"Kalau waktu itu kita dianggap tidak aman akan langsung dicabut, tapi bulan November Gianni masih di G20," kata Zainudin.
FIFA menyampaikan pembatalan status tuan rumah Indonesia melalui pernyataan yang diunggah di laman resmi induk organisasi sepak bola dunia itu pada Rabu (29/3/2023) malam WIB. Ada perbedaan penafsiran soal alasan pembatalan tersebut. Pasalnya FIFA tidak secara spesifik menyebut alasan dari keputusan tersebut.
FIFA hanya menyebut, "situasi yang berkembang saat ini" sebagai penyebab utama pembatalan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia. Di samping itu, FIFA juga menyingung soal tragedi yang terjadi pada Oktober 2022, di mana FIFA berkomitmen untuk tetap membantu proses transformasi sepak bola di Indonesia.
View this post on Instagram