REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis gizi RS Pondok Indah Jakarta dr Juwalita Surapsari mengatakan, pemantauan komposisi tubuh dan tekanan darah penting dilakukan selama berpuasa. Tujuannya untuk mewaspadai tanda bahaya yang memberatkan puasa.
"Waspada ketika puasa jika mengalami sakit kepala berat, mual, muntah, dehidrasi berat, buang air kecil berwarna gelap sekali, dan berdebar-debar, kalau ada kecurigaan itu dibutuhkan pemantauan tekanan darah di rumah secara mandiri," ucapnya dalam diskusi daring yang diikuti di Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Pemantauan komposisi tubuh dan tekanan darah penting dilakukan pada kondisi tertentu dan pada seseorang yang berisiko berat jika menjalankan puasa. Golongan orang yang dimaksud di antaranya ibu hamil, penyandang diabetes, dan penyandang hipertensi yang baru mendapatkan obat atau penyesuaian obat.
Dia menjelaskan, komposisi tubuh yang perlu dipantau adalah masa otot yang tidak boleh berkurang selama puasa. "Tubuh kita akan terjadi metabolik switch kalau makannya sesuai, harusnya masa otot tidak akan mengalami penurunan ketika berpuasa asalkan pola makan benar selama sahur dan berbuka," ujarnya.
Selama berpuasa, tubuh tidak akan mengambil protein dari otot untuk bertahan hingga waktu berbuka. Justru tubuh akan mengambil cadangan lemak yang akan menurunkan masa lemak dalam tubuh.
Dikatakannya melalui data penelitian, puasa selama satu bulan penuh dapat menurunkan masa lemak sebanyak 0,5 kg. Selain itu, puasa juga dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh.
"Cadangan tubuh harus terpenuhi agar bisa digunakan secara baik. Dengan makan yang benar dan nutrisi seimbang dapat menjaga masa otot tidak turun dan sistem imun terjaga," kata dia.
Untuk memenuhi cadangan energi yang akan dipakai tubuh selama berpuasa, Juwalita memberikan tips agar nutrisi tetap terpenuhi. Dia mengatakan saat sahur usahakan mengonsumsi karbohidrat kompleks agar gula darah naik perlahan dan tidak cepat turun. Konsumsi sayur, buah, kacang-kacangan, susu dan yogurt juga bisa mencegah kita dari konstipasi atau sembelit.
Juwalita juga mengingatkan untuk selalu memenuhi cairan dengan mengonsumsi air mineral delapan gelas sehari yang dibagi saat sahur dan berbuka, dan tidak banyak mengonsumsi teh atau kopi karena bisa merangsang dehidrasi akibat sering buang air kecil.
"Sahur dan berbuka itu waktu yang krusial untuk mencukupi cairan. Sahur hindari makanan berlemak karena susah dikeluarkan dari tubuh, hindari minuman kafein teh atau kopi karena bisa merangsang buang air kecil banyak sehingga jadi dehidrasi, dan hindari makanan terlalu asin karena lebih menimbulkan rasa haus," jelas dokter lulusan Universitas Indonesia ini.
Dia mengatakan, selama berpuasa, penting juga untuk memperbaiki pola tidur paling sedikit empat jam sebelum sahur untuk memperbaiki metabolisme tubuh. Usahakan tetap berolahraga di waktu tertentu seperti setelah berbuka.
Hindari olahraga dengan intensitas tinggi dengan heart rate di bawah 80 persen. Konsumsi makanan ringan saat berbuka dan beri jeda sekitar satu jam jika ingin berolahraga dengan intensitas lebih tinggi.