Kamis 30 Mar 2023 19:38 WIB

3 Jalan Menuju Akhirat yang Bisa Ditempuh Umat Muslim, Mana yang Harus Dipilih?

Jalan menuju akhirat bisa berupa syariat, tarekat, dan hakikat

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi beribadah menuju akhirat. Jalan menuju akhirat bisa berupa syariat, tarekat, dan hakikat
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Ilustrasi beribadah menuju akhirat. Jalan menuju akhirat bisa berupa syariat, tarekat, dan hakikat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap manusia di dunia memiliki jalan takdir hidupnya masing-masing. Dalam menjalani hidup di dunia ini, anak-anak Nabi Adam akan berjalan menuju akhirat atau menuju jalan Allah SWT.

Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Sitobondo, KH Afifuddin Muhajir, menjelaskan ada tiga jalan yang dapat ditempuh untuk menuju Allah SWT. 

Baca Juga

Hal ini disampaikan Kiai Afifuddin saat memberikan pengajian kitab Hidayat al-Adzkiya pada Ramadhan 1444 Hijriyah.

“Jalan menuju Allah SWT atau jalan menuju akhirat itu tiga. Tiga ini merupakan sau kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Syariat, tarekat, dan hakikat,” jelas Kiai Afif dikutip dari kanal Youtube milik Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo.

Maka, lanjut dia, perhatikanlah apa yang dijadikan perumpamaan. Karena, syariat, tarekat, dan hakikat itu mempunyai tamtsil (perumpamaan). “Syariat itu bagaikan apa, tarekat itu bagimanaa.  apa, dan hakikat itu bagaikan apa,” kata Kiai Afif.

Syekh Zainuddin al-Malibary dalam kitab Hidayat al-Adzkiya tersebut membuat perumpaan yang telah berkembang di kalangan masyarakat luas.

فَشريْعةٌ كَسفينةٍ وطريقةٌ# كالْبحر ثُمّ حقيقةٌ دُرّ غلا

Artinya: “Syariat itu bagaikan perahu. Tarekat itu bagaikan lautan. Kemudian Hakikat itu bagaikan mutiara yang mahal.”

Perumpamaan bahwa syariat bagaikan perahu, karena syariat itu menjadi sebab sampai pada suatu tujuan. Tarekat diperumpamakan dengan lautan, karena tarekat adalah tempat tujuan. Sedangkan hakikat diumpamakan dengan intan mutiara karena adanya kemanfaatan dan keistimewaan (derajat tinggi).

“Mutiara itu tempatnya di dasarnya laut. Tak mungkin seseorang mendapatkan mutiara, kecuali pertama-tama harus punya perahu, kemudian menyelam ke dasar laut, baru menemukan mutiara,” jelas Kiai Afifuddin.

Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?

Dia pun menjelaskan definisi syariat, tarekat, dan hakikat. Pertama, Syariat adalah perpegang kepada agamanya Allah SWT. Jadi, yang diperintahkan Allah SWT dilaksanakan, sedangkan yang dilarang dijauhi.

Kemudian, tarekat adalah berpegang kepada yang lebih berhati-hati. Jadi, bukan semata-mata melaksanakan yang diperintahkan atau bukan hanya meninggalkan yang dilarang, Tapi lebih dari itu, itulah tarekat.

“Adapun hakikat adalah sampainya orang kepada tujuan dan melihat tersingkapnya perkara gaib. Kalau sudah sampai tujuan itu namanya hakikat. Bukan naik perahu, bukan menyelam ke laut, tapi sudah mendapatkan permata,” kata Kiai Afif atau sebagian santrinya memanggailnya Kiai Khofi.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement