REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menilai elektabilitas para politisi yang menolak Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 berpotensi turun imbas pencoretan Federasi sepak bola dunia (FIFA) pada Rabu (29/3/2023).
"Minimal secara citra sudah pasti turun karena menghalangi kemauan anak-anak muda untuk berprestasi di tingkat dunia," kata Jazilul di Hotel Akmani Jakarta, Kamis.
Penolakan itu datang dari berbagai pihak di Indonesia, mulai dari gubernur, partai politik sampai organisasi masyarakat (ormas) akibat kehadiran tim nasional (timnas) Israel.
"Sekarang sudah ditandain para pecinta olahraga, partai mana dan tokoh mana. Itu sudah ada tandanya masing-masing. Ini ikut andil menggagalkan cita-cita Indonesia untuk tampil di piala dunia," katanya.
Ia beralasan pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 didominasi anak muda. Karena itu apabila sudah berbeda pendapat dengan anak muda maka elektabilitas dari sang politisi tersebut dapat turun.
"Karena pemilih ke depan yang paling dominan adalahanak-anak milenialdi situ ceruknya. Ya, kalau ini tidak mau milih ya pasti turun," ujarnya.
Jazilul sangat menyayangkan Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Ia menegaskan bahwa PKB sangat senang dengan penampilan anak muda di kancah internasional. "PKB pasti tidak ikut di situ, pasti PKB akan senang kalau anak-anak muda tampil di ajang dunia," lanjut Jazilul.
Di sisi lain, ia menjelaskan, kejadian Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 bukan sepenuhnya salah Ketua Umum PSSI Erick Thohir. Jazilul justru mengapresiasi perjuangan Erick yang sudah bertemu Presiden FIFA Gianni Infantino di Doha, Qatar.
"Tidak sepenuhnya Ketua PSSI salah. Biasanya Pak Erick atau Ketua PSSI itu canggih, tapi untuk kali ini hilang kecanggihannya," katanya.