Jumat 31 Mar 2023 04:40 WIB

Stigma Buruk Masyarakat Terhadap Pasien TB Memperumit Penanganan

Malu menderita penyakit TB membuat penanganan dan pengobatannya kian rumit.

Tenaga kesehatan bersiap melakukan rontgen thorax terhadap pasien.
Foto: ANTARA/Fauzan
Tenaga kesehatan bersiap melakukan rontgen thorax terhadap pasien.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa adanya stigma buruk dalam masyarakat terhadap pasien penderita Tuberkulosis (TB) telah memperumit penanganan TB di Indonesia. "Tantangan utama dari TB itu, pertama, masyarakat masih ada yang mempunyai stigma. Malu dikatakan TB, dianggap penyakit masyarakat yang tidak mampu," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat ditemui di Jakarta, Kamis (30/3/2023).

Menanggapi meninggalnya seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) akibat TB, Nadia menuturkan, sampai saat ini penanganan penyakit TB masih menjadi program prioritas di Kemenkes. Sayangnya, dalam kasus kematian tersebut, ia mengatakan ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang enggan untuk melapor. 

Baca Juga

Selain stigma dalam masyarakat, terdapat kemungkinan bila almarhum sedang memiliki daya tahan tubuh yang rendah akibat kelelahan. Selain itu, terdapat pula potensimahasiswa tersebut masih beradaptasi dengan gejala-gejala TB yang baru dirasakannya tersebut.

"Sudah ada karena baru, (ketika) mendapatkan pelayanan kesehatan dan biasanya tidak hanya paru. Tapi sudah meluas ke organ-organ lainnya (komplikasi)," ujarnya.

Nadia melanjutkan potensi lainnya yang memicu mahasiswa itu meninggal bisa jadi akibat stigma yang buruk, sehingga menyebabkan pasien telatke pelayanan kesehatan untuk berobat. Ketika telah terdiagnosis TB, pasien sudah terlambat ditangani karena gejalanya yang timbul-hilang, seperti batuk-batuk, yang ketika meminum obat akan hilang lalu gejala kembali timbul selama berpekan-pekan.

"Kalau datang ke fasilitas kesehatan ditanyai batuk sudah berapa hari dan dijawab baru tiga hari hingga susternya juga sulit, sekarang kita lebih agresif lagi," ucapnya.

Dari kasus tersebut Nadia minta setiap pihak menjadikannya pelajaran. Ketika sudah batuk berdahak berlebihan atau mengalami gejala TB, masyarakat diimbau untuk segera melakukan pemeriksaan sputum melalui mikroskopis dan pemeriksaan tes cepat untuk mendapatkan penanganan secepat mungkin sesuai diagnosis yang benar.

Sebelumnya, diberitakan seorang mahasiswa dari UMY yang berinisial UA (21), ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya di daerah Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekitar sepekanyang lalu. Diduga penyebab meninggalnya mahasiswa itu akibat penyakit TB. 

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UMY Faris Al-Fadhat dalam keterangannya mengatakan, setelah kejadian tersebut pihaknya segera melakukan tindakan preventif agar kejadian tidak terulang di lingkungan kampusnya. Salah satu cara yang dirinya beberkan adalah dengan melakukan skrining terhadap seluruh warga kampus mulai dari dosen hingga kalangan mahasiswa.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement