REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Bulan suci Ramadhan menjadi kesempatan untuk memperbanyak ibadah. Hal itu juga yang dilakukan para warga binaan di Lapas Indramayu.
Salah satunya seperti yang dilakukan seorang warga binaan bernama Sutrisno (33). Selama bulan puasa ini, hari-harinya terus diisi dengan mengaji.
‘’Selama seminggu ini, saya sudah dua kali khatam,’’ kata Sutrisno, saat ditemui di sela kegiatan Pesantren Ramadhan di Masjid At Taqwa Lapas Indramayu, Kamis (30/3/2023).
Sutrisno mengatakan, sebelum mendekam di balik penjara, dia memang sudah bisa mengaji. Meski dia mengakui, dulu jarang mengaji dan sudah tak ingat kapan terakhir kali mengkhatamkan bacaan Alquran.
‘’’Dengan banyak mengaji, hidup rasanya jadi lebih tenang,’’ tutur pria asal Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu tersebut.
Sutrisno pun mengikuti kegiatan Pesantren Ramadhan yang digelar di Lapas Indramayu. Selain mengaji, dia juga mengikuti berbagai pembelajaran lainnya dalam kegiatan tersebut.
Dalam Pesantren Ramadhan itu, para peserta mengikuti pembelajaran maupun praktek wudhu, materi maupun praktek sholat, belajar mengaji dan ceramah keagamaan. Mereka juga akan menerima materi tentang tata cara memandikan dan menyolatkan jenazah.
Pengurus DKM Masjid At Taqwa Lapas Indramayu, Edi Damudi (46), mengungkapkan, para warga binaan yang mengikuti kegiatan tersebut sangat bersemangat. Bagi yang belum bisa mengaji, bahkan diajari dari awal menggunakan buku Iqro.
‘’Para warga binaan senang karena bisa belajar membaca Alquran. Di luar mah boro-boro,’’ kata Edi.
Selama berlangsungnya Pesantren Ramadhan sejak 1 Ramadhan 1444 H, tercatat ada 16 warga binaan telah mengkhatamkan bacaan Alquran dalam seminggu sekali.
Dalam kesempatan itu, Kepala Lapas Indramayu, Beni Hidayat, menjelaskan, kegiatan Pesantren Ramadhan merupakan kegiatan rutin yang diadakan di Lapas Indramayu setiap kali tiba bulan suci Ramadhan.
‘’Kami selenggarakan pada 1 – 29 Ramadhan,’’ terang Beni.
Beni menyebutkan, kali ini ada 120 warga binaan yang mengikuti Pesantren Ramadhan. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun kemarin yang hanya 50 warga binaan.
‘’Selama di luar, mereka jauh dari Tuhan. Sudah saatnya di sini mereka memperbaiki diri,’’ ujar Beni.
Beni menambahkan, selain Pesantren Ramadhan, para warga binaan juga tetap beraktivitas seperti biasanya. Sebagian mereka ada yang mengikuti kegiatan pertanian, pembuatan merchandise maupun kue.