REPUBLIKA.CO.ID,
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ . وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ , لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَمِنْهُ الْمُبْتَدَأُ وَإِلَيْهِ الْمُنْتَهَى وَالْمَآب . وَأَشْهَدُ أَنَّ محمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْحِسَاب . أَمَّا بَعْدُ . فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى : أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ .
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT,
Salah satu hal yang menguatkan kita untuk tetap ber-Islam ialah tidak lepas dari usaha dakwah yang telah dan terus dilakukan oleh para dai, mubaligh, guru, orangtua hingga teman sebaya. Kemudian untuk menjaga agar nikmat hidayah ini tetap ada, baik pada diri, keluarga, sahabat maupun orang yang kita cintai secara umum, salah satu usahanya ialah melalui jalan dakwah.
Kita khawatir, manakala kedzaliman sudah terjadi di mana-mana, bahkan sampai hilang kendali, maka ingat-ingatlah akan salah satu firman Allah SWT berikut ini,
وَٱتَّقُوا۟ فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنكُمْ خَآصَّةً ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya (QS. Al-Anfal: 25)
Manakala melihat maksiat dan kejahatan, apa yang langsung terbenak dalam diri kita. Mencegah, melarang atau membiarkan?
Sikap membiarkan ini yang harus dihilangkan dalam diri setiap mukmin, bukankah salah satu nilai agar kita tidak termasuk ke dalam golongan manusia yang merugi adalah saling menasehati dalam hal kebenaran dan kesabaran? Sabda Nabi juga mengingatkan manakala kita melihat kemungkaran hendaknya dicegah atau diubah dengan tangan atau lisan kita, atau minimal sekedar mengingkarinya dengan hati kita.
Bukankah wasiat Luqman pada anaknya, begitupun di antara ciri orang yang shalih, tanda umat yang beruntung, juga sebaik-baik umat, disebut dalam beberapa ayat di Al Quran, antara lain sebab mereka mau ber-amar ma’ruf nahi munkar?
فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ ٱلذِّكْرَىٰ
…oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat (QS Al-A’la: 9).