REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Puasa bagi penyandang diabetes atau diabetesi bisa jadi lebih menantang. Bagaimana caranya agar gula darah diabetesi tetap terkontrol selama berpuasa di bulan Ramadhan?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Rumah Sakit Siloam Bekasi Timur, dr. Dewi Astrid Lestari, Sp.PD menjelaskan penyandang diabetes (diabetesi) dapat berpuasa. “Diabetesi yang berpuasa baik DM tipe 1 dan DM tipe 2 boleh berpuasa. Risikonya apa? Hiperglikemia dan hipoglikemia. Tapi yang lebih sering adalah hipoglikemia," jelas dr. Dewi dalam keterangan pers, Jumat (31/3/2023).
Ia menjelaskan dalam sebuah penelitian prospektif dari BMJ Global Health di tahun 2016, banyak pasien diabetes ketika berpuasa secara teratur berisiko tinggi mengalami kejadian glikemik yang merugikan. Dari total 150 orang, sebanyak 10 persen mengalami hipoglikemia dan 3,3 persen sisanya adalah hiperglikemia.
Sebanyak 8,7 persen berhenti berpuasa tanpa melakukan rawat inap. Selain itu, konsultasi ke dokter oleh pasien diabetes sebelum mulai berpuasa secara teratur sangat berkurang dan tercatat risiko relatif hipoglikemia adalah 0,73 persen.
Dokter Dewi memaparkan walaupun berpuasa menimbulkan risiko bagi diabetesi, perlu adanya kiat yang harus kita terapkan. Karena, kebanyakan penderita diabetes tidak berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa untuk menyesuaikan pengobatan dan gaya hidup mereka.
Bersamaan dengan hal tersebut, berbagai strategi harus direncanakan dan dilaksanakan sebagai kesadaran dan edukasi bagi pasien untuk menghindari kejadian glikemik yang merugikan serta kemungkinan terjadinya komplikasi.
Untuk mencegah terjadinya risiko bagi diabetesi saat menjalankan puasa, dr Dewi menjelaskan pengecekan gula darah sangatlah penting. “Pemeriksaan kadar gula darah, tekanan darah, kadar lemak, dan menentukan risiko yang terjadi jika berpuasa pada 1 sampai 2 bulan sebelum berpuasa," ujarnya.
Selama berpuasa, diabetesi perlu untuk melakukan pemantauan gula darah secara teratur pada pertengahan hari serta menjelang berbuka puasa dan jika badan terasa tidak sehat, jangan berpuasa. Selain itu, selama menjalankan ibadah puasa penyesuaian dosis dan jadwal insulin atau obat oral oleh dokter harus tetap dilakukan serta menghindari makanan atau minuman manis secara berlebihan seperti karbohidrat kompleks saat sahur dan karbohidrat simpel saat berbuka.
CEO & Founder mGanik, Michael Candiago mengutarakan meskipun puasa cukup berisiko bagi diabetesi, tidak perlu khawatir ketika melakukannya. Pastikan untuk menjaga pola makan dengan baik dan teratur, konsumsi serat dan vitamin dari sayur dan buah-buahan sewaktu sahur dan berbuka, tambahkan suplemen serat sebagai booster. "Hal ini membantu membuat diabetesi menjadi kenyang lebih lama, tanpa ragu gula darah melonjak tinggi”, jelas Michael.
Selain mengatur pola makan sehat ketika berpuasa, dr. Dewi memaparkan bahwa hindari aktivitas berlebihan menjelang berbuka puasa. Namun, diabetesi dapat melakukan olahraga ringan dan sedang di pagi hari dan atau setelah berbuka puasa untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Seperti strecthing dan berjalan ringan. Sedangkan untuk olahraga sedang adalah seperti berjalan dan mengikuti kelas aerobik.
Dokter Dewi menambahkan, jika gula darah kurang dari 70 mg/dL, beliau menganjurkan untuk tidak atau berhenti berpuasa. "Pertimbangkan membatalkan puasa jika gula darah kurang dari 80 mg/dL atau meningkat sampai lebih dari 300 mg/dL."