REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli gizi masyarakat sekaligus dan edukator Kesehatan PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Tan Shot Yen, mengatakan bahwa cairan oralit diperuntukkan untuk kondisi dehidrasi akut karena masalah kesehatan, bukan puasa. Hal itu mengomentari isu mengenai kaitan antara oralit dengan dehidrasi selama puasa.
"Orang berpuasa itu konteks dehidrasinya itu berbeda, Anda tidak akut. Anda itu hausnya pelan-pelan, sejak mulai sahur sampai sore," kata dr Tan dalam acara media briefing virtual bersama PB IDI, Jumat (31/3/2023).
Dokter Tan mengatakan puasa merupakan ibadah yang mempunyai aturan. Salah satu aturannya adalah sahur.
Sahur adalah persiapan untuk tenaga dengan makan pagi, yang kepagian. Kemudian, ada buka puasa yang diawali dengan takjil, yakni makanan kecil.
Biasanya, orang yang berbuka puasa itu sangat ingin melakukan rehidrasi. Rehidrasi yang terbaik dalam hal ini adalah air/air mineral.
"Makanya sunnah Nabi Muhammad SAW bahwa yang paling baik itu adalah air dan kurma karena di tanah Arab memang lebih banyak kurma," ujar Tan.
Di Indonesia, Anda bisa berbuka puasa dengan air putih atau air kelapa. Intinya adalah membatalkan puasa dengan air sebagai rehidrasi, dan juga mulai menginisiasi pencernaan dengan makanan kecil.
Kemudian, setelah shalat Maghrib baru makan, namun bukan berarti makan besar sekali. Dokter Tan mengingatkan bahwa berpuasa itu adalah ibadah, yang tidak boleh hanya dianggap sebagai asal sekadar memenuhi kebutuhan elektrolit.