REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Puluhan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mengikuti kegiatan Pondok Ramadhan yang digelar Pondok Pesantren (Ponpes) Sunan Kalijaga Dusun Jatipandak, Desa Jatiduwur, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
M Imam Nurul Zudha selaku Pengasuh Pesantren Sunan Kalijaga Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang mengatakan, selama Ramadhan ini, mereka menjalani rehabilitasi diajak untuk lebih banyak belajar agama.
"Untuk anak-anak yang rehabilitasi dengan gangguan kejiwaan, sebisa mungkin pada Ramadhan ini ada pelatihan-pelatihan keagamaan, yang menggugah kembali ingatannya," katanya di Jombang, Rabu (31/3/2023).
Mereka bisa belajar lagi tentang bacaan surat pendek, termasuk mengikuti shalat tarawih. Selain itu, juga bisa dengan kegiatan keagamaan lainnya, termasuk shalat berjamaah.
"Semakin banyak latihan, semakin banyak akan mengingatkan mereka. Ini pelan-pelan mengembalikan memori mereka, sehingga bisa pulih," ujar dia.
Membimbing mereka yang menjalani rehabilitasi tidak sama dengan membimbing orang normal karena perlu kesabaran. Mereka yang ikut rehabilitasi tersebut tidak bisa dipaksa untuk mengikuti kegiatan keagamaan.
"Seperti puasa atau kegiatan keagamaan lainnya, mereka harus mau menjalani sendiri tanpa harus dipaksa," kata dia.
Selain memberikan terapi keagamaan, pihaknya juga mengajarkan kembali agar mereka bersosialisasi dengan lingkungan. Dengan begitu, diharapkan mereka bisa kembali pulih. Harapan setelah sembuh, mereka bisa berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
"Tentu pembiasaan. Hal-hal yang terkait dengan sosial sama hidup banyak orang. Bagaimana bisa berinteraksi kembali, sebisa mungkin dilakukan. Jadi, rehabilitasi yang kami lakukan dengan cara pendekatan interaksi," kata dia.
Pesantren Sunan Kalijaga di Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang ini berada di tepi Sungai Brantas. Di pesantren ini memang khusus membina santri ODGJ dari berbagai daerah di Jawa Timur dengan berbagai sebab dan tingkatan.
Jumlah santri yang tercatat cukup banyak, yakni 47 orang. Semuanya berkebutuhan khusus dengan riwayat dan latar belakang mengalami gangguan mental.
"Semua yang berkebutuhan khusus karena memang memiliki riwayat dan latar belakang gangguan mental. Ini termasuk mereka yang depresi karena berbagai hal dan persoalan hidup," ujar dia.
Dalam melakukan aktivitasnya, para santri berada di area pesantren. Masyarakat juga tidak takut, sebab pesantren ini jauh dari perkampungan masyarakat sekitar.
Selama menjalani pengobatan, pihaknya juga tetap melibatkan sejumlah relawan dan dokter puskesmas. Mereka juga diperiksa rutin termasuk diberi obat.