Jumat 31 Mar 2023 15:38 WIB

Soal Piala Dunia U-20, AHY: Kita Malu karena tak Mampu Selesaikan Situasi Internal

AHY juga berpesan, agar dunia sepak bola tidak dijadikan alat untuk berpolitik.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Mansyur Faqih
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyapa kader partai Demokrat saat tiba di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Kamis (2/3/2023). Kunjungan bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan Anies Baswesan ke kantor DPP Demokrat tersebut untuk melakukan pertemuan bersama Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyapa kader partai Demokrat saat tiba di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Kamis (2/3/2023). Kunjungan bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan Anies Baswesan ke kantor DPP Demokrat tersebut untuk melakukan pertemuan bersama Majelis Tinggi Partai Demokrat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sangat menyesalkan pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. AHY menilai seharusnya pembatalan ini tidak terjadi jika masalah penolakan timnas Israel ini dikomunikasikan sejak awal dan bisa diselesaikan.

"Harusnya tidak seperti ini. Saat ini kita malu di dunia internasional. Karena ketidakmampuan kita untuk menyelesaikan situasi internal dalam negeri sendiri dan situasi itu sifatnya ini sangat politis," ujar AHY dikutip dari siaran persnya Jumat (31/3/2023) usai berdialog bersama milenial di Dermaga Sunda, Bandung, Kamis (30/3/2023) kemarin.

AHY pun menyayangkan, ketika perhelatan Piala Dunia U-20 sudah akan dilaksanakan dalam waktu dekat, justru kemudian muncul persoalan secara tiba-tiba di dalam negeri. Dia pun mempertanyakan langkah pemerintah yang tidak mampu memprediksi sejak awal dan mengatasi persoalan ini sehingga akhirnya Indonesia dicoret oleh FIFA.

Baca juga : Sekjen PDIP: Jangan Saling Menyalahkan, Justru Menolak Israel, Kita Punya GBK

"Kita patut bertanya kepada pemerintah sekarang, kenapa ini bisa terjadi. Padahal ada ruang untuk berdiplomasi, mengantisipasi dan mengomunikasikannya. Nama baik dan reputasi kita di dunia internasional dipertaruhkan," ujar AHY.

Menurut AHY, setidaknya ada empat kerugian dari batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Pertama adalah rusaknya reputasi Indonesia karena dinilai tidak memiliki komitmen sebagai penyelenggara tuan rumah.

Kedua, lanjut mantan calon gubernur DKI Jakarta itu, Indonesia telah melakukan persiapan guna menjadi tuan rumah Piala Dunia termasuk persiapan para atlet terbaik Indonesia, para suporter, dan pecinta sepak bola Indonesia.

"Betapa kecewanya atlet-atlet kita, jangankan atletnya, keluarganya, kita semua sebagai suporter dan sebagai penggemar sepak bola nasional juga pasti tidak terima begitu saja," kata AHY.

Baca juga : Pengusaha Israel Tuding Gubernur Bali Ekstremis

Kerugian ketiga, adanya kerugian materiil akibat dana negara telah dikeluarkan untuk persiapan penyelenggaraan Piala Dunia U20.

"Ini kan semua sudah diperbaiki, nih, sudah disiapkan, itu uang siapa? Uang negara, uang siapa itu? Uang rakyat. Jadi rugi lagi kita, sudah berapa stadion Indonesia yang dipersolek supaya jadi, supaya pantas dan siap menjadi tuan rumah tadi. Ya bukannya sia-sia, tapi itu kan dipersiapkan untuk perhelatan akbar dunia,” tambahnya.

Sementara kerugian keempat adalah kerugian potensi, benefit atau keuntungan ekonomi yang bisa dihasilkan jika itu bisa dilakukan di Indonesia, termasuk pariwisata dan UMKM yang saat pandemi terpuruk. Sehingga, Piala Dunia U20 ini dinilai bisa menjadi salah satu pengungkit ekonomi nasional.

"Bayangkan berapa negara yang akan datang. Belum lagi suporter dari negara lain di dunia yang ikut meramaikan untuk menonton. Jadi ada kerugian banyak potensi buat kita. Itu lapangan pekerjaan, penghasilan, devisa, itu macam-macam semuanya akan masuk ke kas negara juga," kata AHY.

Baca juga : Ottoman Bantu Irlandia Negeri Non-Muslim yang Dilanda Kelaparan dan Begini Balas Budinya

Selain itu, AHY menegaskan posisi Indonesia sebetulnya sampai dengan hari ini, juga turut memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Hal ini juga termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 tentang semangat konstitusi Indonesia mendukung kemerdekaan berbangsa dari segala penjajahan di dunia.

Tetapi, menurut AHY, perjuangan dan solidaritas Indonesia untuk Palestina hendaknya diletakkan pada jalur diplomasi multilateral yang semestinya.

"Jangan campur adukkan. Forumnya tidak sama, kita punya banyak forum lainnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Ada namanya PBB, Perserikatan Bangsa-Bangsa, United Nations, yang setiap tahun menggelar Sidang Umum PBB atau UN’s General Assembly (GA)," katanya.

Baca juga : Jokowi Keluhkan Jakarta Macet, PDIP: Pembangunan Transportasi Terlambat 50 Tahun

AHY juga berpesan, agar dunia sepak bila tidak dijadikan alat untuk berpolitik. Dia meminta agar penataan dunia sepak bola berdasarkan kepentingan bangsa tanpa embel-embel politis.

"Saya berharap, kita semua bermohonlah kepada mereka yang mengurusi itu semua, pemerintah kita, pemimpin kita, ya benar-benar menata ini dengan baik. Jangan pakai agenda politik, jangan pakai tujuan untuk meningkatkan elektabilitas,” harap AHY.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement