REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat media sosial Rudi Valinka mengungkapkan analisisnya mengenai alasan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Pernyataan Gubernur Bali I Wayan Koster dinilai menjadi penyebab utama FIFA memutuskan pembatalan.
"Keriuhan pro kontra pelaksanaan drawing U-20 di Indonesia selama beberapa hari pasca penolakan Gubernur Bali Wayan Koster benar-benar dipantau oleh FIFA," tulis Rudi Valinka dalam utasan panjang di Twitter centang birunya @kurawa, seperti dikutip Republika pada Jumat (31/3/2023).
Dia menduga bahwa FIFA menerjunkan tim intelijen maupun konsultan swasta untuk melakukan assessment kelayakan Indonesia menjadi tuan rumah terkait keriuhan ini. Koster awalnya menolak timnas Israel dengan alasan antipenjajahan.
Namun setelahnya, Koster kembali mengungkap alasan penolakannya, yaitu trauma. Menurut Koster, masyarakat Bali masih trauma akibat tragedi Bom Bali di Legian yang merenggut banyak korban.
Rudi kemudian menilai pernyataan Gubernur Bali dari PDIP itu yang membulatkan tekad FIFA untuk membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Sebab, kata dia, isu keamanan terlebih bom sangat sensitif dan menjadi perhatian bagi mereka.
"Tanggal 28 Maret, tiba-tiba tsunami isu itu datang dengan statement Wayan Koster yang mengirim pesan yang paling ditakutkan oleh bule: kalau Bali trauma dengan bom Bali di Legian," ungkap Rudi Valinka.
"Pernyataan Wayan Koster walau disampaikan oleh sekjen Partai ini bagi FIFA adalah pesan final kalau Bali saja tidak aman maka seluruh Indonesia juga tidak aman," kata dia melanjutkan.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa beberapa jam setelah berita Wayan Koster menyebar, FIFA langsung menghapus teaser soundtrack Piala Dunia U20 yang dibawakan oleh Weird Genius, Tiara, Lyodra, dan Ziva. Meski saat itu FIFA belum secara resmi menyampaikan pada publik tentang Indonesia gagal menjadi tuan rumah untuk Piala Dunia U20.
"Isu bom sangat sensitif bagi FIFA sama seperti asal usul pidana bercanda soal bom di bandara seluruh dunia yang memidana orang-orang mulut sampah becandain bom," kata dia.
"Keselamatan peserta U20 prioritas utama FIFA, mereka tidak mau terulang kasus Black September di Munich," ujarnya menambahkan.
Keputusan pembatalan oleh FIFA terjadi hanya berselang dua bulan sebelum gelaran itu diselenggarakan. Sebelumnya ramai oleh politisi dan kepala daerah menolak kehadiran timnas Israel dalam bertanding ke Piala Dunia U-20.
Penolakan dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Bali I Wayan Koster, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, dan Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan, termasuk eks Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj yang paling menjadi sorotan warganet. Kendati begitu, beberapa pejabat mengatakan untuk tidak saling menyalahkan, mengambil hikmah, dan berbenah diri untuk persepakbolaan Indonesia.