Jumat 31 Mar 2023 19:04 WIB

Piala Dunia U-20 Batal, Indonesia Kehilangan Potensi Ekonomi Rp 100 Triliun?

Angka tersebut adalah potensi pendapatan, bukan kerugian.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Foto aerial renovasi Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ) yang diperuntukkan untuk venue Piala Dunia U20 2021 di Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (25/12/2020). FIFA memutuskan untuk mengundur pelaksanaan Piala Dunia U-20 yang semula akan diselenggarakan di Indonesia tahun 2021 menjadi tahun 2023.
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Foto aerial renovasi Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ) yang diperuntukkan untuk venue Piala Dunia U20 2021 di Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (25/12/2020). FIFA memutuskan untuk mengundur pelaksanaan Piala Dunia U-20 yang semula akan diselenggarakan di Indonesia tahun 2021 menjadi tahun 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, dalam setiap perhelatan salah satunya olahraga, pasti berdampak terhadap ekonomi. Apalagi, berskala dunia seperti Piala Dunia U-20.

Ia menambahkan, meski efeknya mungkin tidak sebesar penyelenggaraan Piala Dunia senior, namun tetap saja memiliki dampak signifikan, karena skalanya dunia. Berkaca pada pelaksaan Piala Dunia U-20 di Korea Selatan pada 2017 lalu, kata dia, dampaknya ke peningkatan bisnis bisa mencapai triliunan jika dirupiahkan.

Baca Juga

"Bahkan (dampak) ke perekonomian Korea secara lebih luas, kalau dirupiahkan bisa di atas Rp 100 triliun," tuturnya kepada Republika, Jumat (31/3/2023).

Dampak tersebut, lanjutnya, mengena pada berbagai sektor seperti pariwisata, akomodasi, perhotelan, bisnis ritel, pakaian, aksesoris, transportasi, serta logistik. Beragam sektor itu, lanjutnya, mengalami peningkatan atau mendapatkan manfaat dari gelaran Piala Dunia U-20. Maka jika dilihat, ujar Faisal, pembatalan agenda tersebut memang akan menghilangkan potensi pendapatan.