Inikah Alasan Kenapa Allah Menamakan Dirinya Allah?
Oleh: Syahruddin El Fikri
Bagi seluruh umat Islam, Tuhan yang layak disembah hanyalah Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT). DIA-lah Sang Maha Pencipta seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini. Tak ada tuhan lain selain Allah SWT.
Namun demikian, kita mungkin bertanya, kenapa Allah SWT menamakan dirinya dengan Allah? Kenapa tidak yang lain? Pertanyaan ringan ini tak mudah untuk dijawab. Sebab, tak semua umat memang mengetahui dengan pasti jawabannya.
Tetapi di dalam Al Qur'an, Allah SWT menyebut dirinya dengan nama Allah. Lihatlah dalam surat Thoha (20) ayat 14.
إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."
Dengan dasar ini, maka terjawablah nama-Nya yang Maha Mulia tersebut. Tapi, mungkin masih ada pertanyaan, kenapa harus Allah untuk nama-Nya.
Dalam suatu kesempatan, Syaikhuna KH. Maimoen Zubair, semoga Allah merahmati beliau, menjelaskan bahwa nama Allah yang terdiri atas empat huruf, yakni ا، ل، ل، ه (Alif, Lam, Lam, Ha) memilih makna yang luar biasa, istimewa.
"Karena setiap hurufnya melambangkan nama-Nya yang Maha Mulia," kata Mbah Moen, sapaan akrabnya KH. Maimoen Zubair.
Lebih lanjut ulama terkemuka yang wafat di Kota Makkah pada musim haji 2019 silam menyatakan, empat huruf itu seandainya hilang satu, tetap disebut Allah atau akan tetap merujuk kepada nama-Nya.
"Hurufnya ada empat, jika huruf awalnya, yakni Alif dibuang atau hilang, maka nama-Nya tetap Allah, atau milik Allah, yakni lam, lam, ha yang berarti lillahi dan maknanya adalah milik Allah atau untuk Allah," ujar Mbah Moen.
Dalam Al-Qur'an, ada kalimat yang diawali dengan kata Lillah. Contohnya:
وَلِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۚ وَإِلَى ٱللَّهِ تُرْجَعُ ٱلْأُمُورُ
"Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan." (QS. Ali Imran (3): 109).
Setidaknya ada sekitar 17 kata dapat ditemukan kata lillahi, yang dimaksudkan menguasai atau memiliki. Dalam konteks ayat tersebut, Allah menguasai langit dan bumi.
Kemudian, lanjut Mbah Moen, jika huruf lam yang satu dibuang atau dihilangkan, maka tersisa huruf lam dan ha, atau dapat dibaca dengan kata "Lahu" yang berarti "bagi-Nya." "Jadi tetap Allah juga," kata Mbah Moen.
Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang ditemukan dengan kata "Lahu" ini. Contohnya:
وَقَالُوا۟ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدًۭا ۗ سُبْحَـٰنَهُۥ ۖ بَل لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ كُلٌّۭ لَّهُۥ قَـٰنِتُونَ
"Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya." (QS. Al Baqarah ayat 116).
Pernyataan serupa juga dapat dibaca dalam ayat Kursi, yakni pada surat Al Baqarah ayat 255.
Kemudian, lanjut Mbah Moen, bila huruf "lam" terakhir dihilangkan, maka tersisa hanya huruf "ha", namun biasa dibaca dengan "hu", maknanya adalah Dia, yakni Allah. Huruf "hu" ini merupakan huruf dhamir dari "huwa" yang bermakna Dia.
Contohnya: "Huwallahul ladzii Laa ilaaha Illa Huwa, Aalimul Ghaibi Wasy Syahaadah Huwar Rahmaanur Rahiimu" (QS. Al Hasyr: 22).
Terakhir, setelah semua hurufnya tidak ada, apakah masih bisa dikenal? "Bagi mereka yang beriman, walau semua hurufnya sudah tidak ada, bahkan tidak terbaca sama sekali, maka Allah tetap ada. Allah selalu ada di hati hamba-hamba-Nya," ujar Mbah Moen.
Wallahu A'lam.