Sabtu 01 Apr 2023 16:22 WIB

Presiden Meksiko Kritik Sikap AS yang Pilih Perang Ukraina Ketimbang Migran di Perbatasan

39 migran meninggal dalam kebakaran di sebuah pusat penahanan migran di Ciudad Juarez

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Relawan membagikan air kepada para migran yang berdiri di luar pusat penahanan imigrasi tempat kebakaran menewaskan puluhan orang, di Ciudad Juarez, Meksiko, Selasa, 28 Maret 2023.  Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengunjungi kota perbatasan tempat 39 migran meninggal dalam kebakaran di sebuah pusat penahanan migran. Dia mengungkapkan rasa sakitnya atas bencana tersebut dan menyalahkan Amerika Serikat (AS) lebih memilih Ukraina.
Foto: AP Photo/Fernando Llano
Relawan membagikan air kepada para migran yang berdiri di luar pusat penahanan imigrasi tempat kebakaran menewaskan puluhan orang, di Ciudad Juarez, Meksiko, Selasa, 28 Maret 2023. Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengunjungi kota perbatasan tempat 39 migran meninggal dalam kebakaran di sebuah pusat penahanan migran. Dia mengungkapkan rasa sakitnya atas bencana tersebut dan menyalahkan Amerika Serikat (AS) lebih memilih Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengunjungi kota perbatasan tempat 39 migran meninggal dalam kebakaran di sebuah pusat penahanan migran. Dia mengungkapkan rasa sakitnya atas bencana tersebut dan menyalahkan Amerika Serikat (AS) lebih memilih Ukraina.

AS dinilai berkontribusi sedikit untuk membantu Meksiko menampung atau mengintegrasikan para migran yang dikirim kembali. Lopez Obrador mengecam AS harus membelanjakan lebih banyak untuk pembangunan ekonomi di Amerika Latin mengirim bantuan militer ke Ukraina. Tindakan ini diperlukan untuk mencegah migran meninggalkan rumahnya.

Baca Juga

"Bagaimana Anda bisa membandingkan apa yang dikirim pemerintah AS ke Amerika Tengah, dengan 30, 35 miliar dolar yang dibelanjakan untuk membeli senjata untuk Ukraina?” ujar pemimpin Meksiko itu pada Jumat (31/3/2023).

Lopez Obrador mengatakan, secara pribadi sangat terpukul oleh tragedi di Ciudad Juarez yang berada di seberang El Paso, Texas, pada awal pekan ini. “Saya akui itu sangat menyakiti saya, itu merusak saya, Itu merobek jiwa saya,” kata Lopez Obrador sebelum memulai perjalanannya ke Juarez.

Presiden Meksiko itu mengatakan, kebakaran tersebut adalah momen paling menyakitkan kedua dalam pemerintahannya. Peristiwa sebelumnya merupakan kebakaran pipa di kota Tlahuelilpan di Meksiko tengah menewaskan sekitar 135 orang pada 2019.

Banyak penduduk kota-kota perbatasan Meksiko berduka atas kematian para migran dalam kebakaran kasur yang dilakukan oleh beberapa migran untuk memprotes tindakan yang dianggap akan mendeportasi. Namun di Ciudad Juarez, banyak orang juga muak.

Mereka dan penduduk kota-kota lain telah menyerukan pihak berwenang untuk bersikap tegas terhadap para migran dan Amerika Serikat (AS) menekan Meksiko untuk mengekang arus migran. Profesor ilmu politik di Universidad Iberoamericana di Mexico City Ivonne Acuna Murillo mengatakan, Lopez Obrador tidak memiliki banyak ruang untuk mengubah kebijakan imigrasi Meksiko.

“Akan sulit, di satu sisi, karena tekanan besar dari AS untuk menghentikan migran tiba di perbatasan," kata Acuna Murillo.

Acuna Murillo menyatakan, kesulitan muncul dalam hal tujuan kebijakan presiden sendiri. Kondisi ini terlihat dari anggaran untuk migrasi dan tempat penampungan yang terlihat sangat rendah. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement