Sabtu 01 Apr 2023 21:57 WIB

Memanfaatkan Bulan Ramadhan untuk 'Puasa Media Sosial'

Penguna diharapkan mawas diri dan bijaksana dalam bermedia sosial selama Ramadhan.

Masyarakat hendaknya bisa puasa media sosial selama bulan Ramadhan (ilustrasi).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Masyarakat hendaknya bisa puasa media sosial selama bulan Ramadhan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masifnya penggunaan media sosial (medsos) diikuti dengan munculnya gerakan detox medsos. Detox berasal dari kata detoksifikasi yang berarti membuang racun. Adapun detox dalam medsos artinya memilih untuk berhenti dalam waktu tertentu dalam aktivitas bermedia sosial.

Pada bulan suci Ramadhan, penguna medsos diharapkan tetap mawas diri dan bijaksana dalam bermedia sosial. Karena itu, 'puasa medsos' menjadi penting untuk diperbincangkan lebih jauh.

Founder Muslimmilenial Romzi Ahmad menjelaskan, hukum agama mewajibkan untuk berinteraksi antarmanusia dengan cara yang baik. Dia mengatakan standar moral interaksi baik di ruang digital maupun di ruang nyata pada dasarnya sama.

"Menahan diri atau menahan jempol untuk tidak mengeluarkan komentar-komentar negatif," kata Romzi berpesan di acara bertema 'Detox Media Sosial di Bulan Ramadhan, Perlukah?' dalam siaran di Jakarta, Sabtu (1/4/2023).

Karena batasan di ruang digital semakin kabur, sambung dia, anjuran untuk menahan diri agar menjalin hubungan baik dengan pengguna medsis semakin relevan. Terkait pandangan perbedaan, Romzi menyatakan tolerasi bukanlah sikap mengabaikan orang lain. Namun, toleransi berarti sikap berani menerima perbedaan yang merupakan bagian dari hukum alam atau sunnatullah.  

"Ada sejumlah alasan orang-orang memilih puasa media sosial, dari mulai menghilangkan distraksi hingga menjaga diri dari konten negatif. Tetapi, ada pula orang yang memilih lebih aktif media sosial dengan berhubungan dengan momen bulan Ramadhan," kata Romzi.

Konten kreator, Adrian Qalbi mengatakan, pilihan untuk melakukan detox medsos sebaiknya tidak perlu diperlihatkan. Sikap tersebut justru bertolakbelakang dengan tujuan untuk mendapatkan kesehatan mental yang lebih baik. Komika dari Majelis Lucu Indonesia tersebut  mengatakan, medsos rawan dijadikan ruang mencari validasi. Karena itu, tindakan tersebut dapat diatasi dengan detoks medsos.

Perwakilan Portkesmas, dr Dhea Mangun menyampaikan, medsos dapat jadi penyebaran informasi kesehatan. Dhea menyarankan kolaborasi bersama influencer kesehatan agar penyebaran informasi menjadi jauh lebih luas. Hal itu karena tenaga kesehatan merupakan pihak yang paling dipercaya oleh masyarakat dalam menyampaikan informasi kesehatan. "Kita kolaborasi dengan influencer-nya ya tenaga kesehatan yang kredibel," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement