REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan Israel menyerang pos penjaga di Provinsi Homs. Sementara sumber dari intelijen Barat mengatakan serangan itu mengenai pangkalan-pangkalan udara yang merupakan markas personel militer Iran.
Militer Israel menolak memberikan komentar mengenai laporan serangan ketiga mereka ke Suriah pada sejak Kamis (30/3/2023) dan satu hari setelah serangan Jumat (31/3/2023) lalu yang menewaskan satu orang perwira Garda Revolusi Iran.
"(Israel meluncurkan) agresi udara dari arah barat laut Beirut mengincar beberapa pos penjaga di Kota Homs dan sekitarnya pukul 00.35," kata Kementerian Pertahanan Suriah dalam pernyataan yang dikutip media pemerintah, Ahad (2/4/2023).
Dua sumber intelijen Barat yang meminta tidak disebutkan namanya mengatakan, serangan roket itu mengincar pangkalan udara T4 yang terletak di sebelah barat Kota Palmyra dan bandara al Dabaa dekat Kota al Qusayr yang terletak dekat perbatasan Lebanon, area kelompok Hizbullah yang pro-Iran. Pernyataan ini belum dapat diverifikasi secara mandiri.
Suriah membantah tuduhan Barat dan Israel mengenai rutinnya perwira militer Iran berkunjung ke Suriah. Media Pemerintah Suriah mengutip sumber dari militer yang mengatakan serangan terbaru menimbulkan kerusakan material dan melukai lima personel militer.
Selama bertahun-tahun Israel menggelar serangan ke target yang mereka duga fasilitas militer Iran di Suriah. Pengaruh Teheran di negara itu semakin kuat sejak mendukung Presiden Bashar al-Assad dalam perang saudara yang dimulai sejak 2011.
Sejak tahun lalu Israel mengintensifkan serangan ke bandara dan pangkalan udara Suriah dengan alasan untuk mengganggu jalur pasokan senjata dari Iran ke milisi. Sumber intelijen Barat mengatakan Iran semakin sering menggunakan bandara sipil untuk mengirimkan senjata.
Menurut sumber, Iran mengambil keuntungan dari padatnya lalu lintas udara setelah pesawat-pesawat kargo bantuan kemanusiaan gempa bulan Februari lalu diizinkan masuk ke Suriah. Iran menolak memberikan komentar mengenai tuduhan Barat dan Israel.