REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Budayawan asal Kota Malang, Irawan Paulus mengatakan, Malang dapat lebih mampu daripada sekarang dalam meningkatkan potensi pariwisata heritage. Sebab, kawasan heritage nyatanya tidak hanya ada di kawasan Kayutangan yang kini dikembangkan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang.
Irawan menjelaskan, banyak bangunan heritage di Kota Malang yang kurang diketahui oleh masyarakat. Padahal situs tersebut sangat dekat dengan mereka dan salah satunya Pasar Oro-oro Dowo.
"Kalau teman-teman tahu, bangunan tersebut sudah ada dan didirikan oleh Belanda sejak 1932 silam," jelasnya dalam kegiatan diskusi yang diselenggarakan Voluptaria di Kedai Namsun, Kota Malang, beberapa waktu lalu.
Irawan juga sempat memaparkan terkait ciri dan fisik dari bangunan Pasar Oro-oro Dowo. Menurutnya, bangunan itu terlihat unik dan menarik. Misalnya, susunan-susunan batu yang dijadikan tembok dan kayu-kayu khas yang menjadi tiang penyangga atap.
Irawan menegaskan, keberadaan bangunan heritage atau warisan harus diketahui oleh banyak orang. Jika belum tahu, mana bisa masyarakat bisa peduli dan berupaya merawatnya dengan baik.
Menurut dia, perlu adanya penjelasan dan penyuluhan yang baik ke masyarakat bahwa penting menjaga tempat-tempat heritage di Malang. "Saya juga mengapresiasi pemerintah Kota malang yang dengan serius menjaga situs-situs ini. Apalagi dengan adanya surat keputusan (SK) terkait cagar budaya,” jelasnya.
Terakhir, Irawan juga berpesan kepada masyarakat, khususunya anak-anak muda untuk saling bahu membahu mengatasi dan menjalankan upaya menjaga warisan budaya. Bukan hanya dirawat dan peduli, tetapi juga dapat mengembangkannya menjadi potensi wisata yang menarik. Dengan demikian, juga bisa mendatangkan keuntungan bagi warga sekitar serta dapat diketahui oleh banyak orang di luar Malang.
Pada kesempatan sama, hadir pula salah satu tim Bersukaria Tour Organizer yang fokus pada pariwisata heritage, Nida Arub Majida. Ia menyampaikan, sektor wisata heritage memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini terutama bagi mereka yang mendalami sejarah, bukan hanya turis lokal bahkan juga mancanegara.
Selain untuk pariwisata, bangunan heritage ini nyatanya juga menjadi saksi bisu sejarah yang terjadi di lokasi tersebut. Maka itu, perlu adanya upaya serius dalam merawat dan melindunginya. "Sehingga nanti, anak-anak muda juga bisa tahu sejarah panjang dan penting daerah tersebut, termasuk situs-situs yang ada di Malang,” jelasnya mengakhiri.
Sebagai informasi, Voluptaria merupakan kelompok diskusi yang dimiliki oleh mahasiswa Prodi Pariwisata, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Universitas Brawijaya (UB). Diskusi ini yang diadakan Voluptria bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian akan cagar budaya.
Adapun Voluptaria memang berfokus untuk mengkaji isu-isu pariwisata, budaya, konservasi, preservasi sumber daya kultural dan natural. Menurut mereka, aset sejarah merupakan sumber daya tak terlihat yang mampu dikembangkan, bahkan bisa memberikan peluang ekonomi yang besar melalui pariwisata. Maka dari itu, Voluptaria mengadakan diskusi terkait untuk mengupayakan tujuan tersebut.