Senin 03 Apr 2023 14:51 WIB

Inflasi Ramadhan Tahun Ini Melandai, BPS: Konsumsi Belum Pulih

BPS mencatat perlambatan inflasi pada Ramadhan tahun ini.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perlambatan inflasi pada Ramadhan tahun ini.
Foto: Dok. Humas BPS
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perlambatan inflasi pada Ramadhan tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perlambatan inflasi pada Ramadhan tahun ini. BPS merilis inflasi Maret 2023 yang bertepatan dengan Ramadhan mencapai 0,18 persen. Angka itu terpantau lebih rendah dari inflasi Ramadhan 2022 yang mencapai 0,40 persen dan 0,32 persen pada Ramadhan 2021.

“Terlihat inflasi Maret 2023 yang bertepatan dengan awal Ramadhan relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin (3/4/2023).

Baca Juga

Meskipun memasuki Ramadhan, Pudji menjelaskan perlambatan tersebut terjadi akibat permintaan tidak setinggi kondisi sebelum pandemi. Dia menuturkan, pola konsumsi masyarakat masih belum 100 persen kembali normal. “Artinya dari sisi permintaan belum tinggi,” ucap Pudji.

Meskipun inflasi pada Maret 2023 bertepatan dengan dimulainya Ramadhan, Pudji mengungkapkan relatif lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Terlebih, pada tahun-tahun sebelumnya masa Ramadhan penuh satu bulan dalam pantauan BPS.

“Ramadhan tahun ini memang berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya karena kita awal Ramadhan hanya 10 hari karena dimulai tanggal 23 Maret,” tutur Pudji.

Lalu penyebab lain melambatnya inflasi Ramadhan tahun ini juga disebabkan oleh beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga dan menyumbang andil deflasi yang besar. Beberapa di antaranya yaitu tarif air minum PDAM yang mengalami deflasi cukup besar.

Pudji menjelaskan, air minum PDAM memiliki andil deflasi sebesar 0,07 persen. Selain itu ada komunitas lain juga yang menyumbang ambil deflasi seperti bawang merah mencapai 0,04 persen dan kemudian cabai merah sebesar 0,02 persen.

“Penurunan tarif PDAM pada bulan ini terjadi di Bandung yang merupakan bagian dari kota IHK dimana terjadi deflasi sebesar 48,61 persen dan secara nasional menyumbang deflasi 0,07 persen,” ungkap Pudji.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement