REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perlambatan inflasi pada Ramadhan tahun ini. BPS merilis inflasi Maret 2023 yang bertepatan dengan Ramadhan mencapai 0,18 persen. Angka itu terpantau lebih rendah dari inflasi Ramadhan 2022 yang mencapai 0,40 persen dan 0,32 persen pada Ramadhan 2021.
“Terlihat inflasi Maret 2023 yang bertepatan dengan awal Ramadhan relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin (3/4/2023).
Meskipun memasuki Ramadhan, Pudji menjelaskan perlambatan tersebut terjadi akibat permintaan tidak setinggi kondisi sebelum pandemi. Dia menuturkan, pola konsumsi masyarakat masih belum 100 persen kembali normal. “Artinya dari sisi permintaan belum tinggi,” ucap Pudji.
Meskipun inflasi pada Maret 2023 bertepatan dengan dimulainya Ramadhan, Pudji mengungkapkan relatif lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Terlebih, pada tahun-tahun sebelumnya masa Ramadhan penuh satu bulan dalam pantauan BPS.
“Ramadhan tahun ini memang berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya karena kita awal Ramadhan hanya 10 hari karena dimulai tanggal 23 Maret,” tutur Pudji.
Lalu penyebab lain melambatnya inflasi Ramadhan tahun ini juga disebabkan oleh beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga dan menyumbang andil deflasi yang besar. Beberapa di antaranya yaitu tarif air minum PDAM yang mengalami deflasi cukup besar.
Pudji menjelaskan, air minum PDAM memiliki andil deflasi sebesar 0,07 persen. Selain itu ada komunitas lain juga yang menyumbang ambil deflasi seperti bawang merah mencapai 0,04 persen dan kemudian cabai merah sebesar 0,02 persen.
“Penurunan tarif PDAM pada bulan ini terjadi di Bandung yang merupakan bagian dari kota IHK dimana terjadi deflasi sebesar 48,61 persen dan secara nasional menyumbang deflasi 0,07 persen,” ungkap Pudji.