Senin 03 Apr 2023 15:29 WIB

Perang Harga Mobil Listrik di Thailand Saat di RI Masih Bahas Soal Insentif

BYD meluncurkan mobil listrik hatchback di Thailand.

Manajer umum BYD Asia-Pasifik Liu Xueliang meluncurkan mobil listrik versi Thailand hatchback Dolphin dengan harga murah.
Foto: Nikkei Asia
Manajer umum BYD Asia-Pasifik Liu Xueliang meluncurkan mobil listrik versi Thailand hatchback Dolphin dengan harga murah.

REPUBLIKA.CO.ID,REPUBLIKA.CO.ID,BANGKOK--Perang harga kendaraan listrik terjadi di Thailand antara produsen mobil listrik Cina, Jepang, dan Korea Selatan terjadi di arena Bangkok Motor Show. Produsen mobil listrik dari ketiga negara tersebut menawarkan diskon besar-besaran di pameran otomotif internasional Thailand yang ditutup, Ahad (2/4/2023). Sementara di Indonesia pembahasan panjang soal insentif kendaraan listrik akhirnya diputuskan pemotongan sebesar 10 persen PPN mulai 1 April 2023 ini.

Seperti dilaporkan oleh Nikkei Asia pekan lalu, di pembukaan Bangkok Motor Show, BYD, produsen kendaraan listrik terkemuka China, meluncurkan hatchback listrik baru Dolphin dengan harga murah seharga 799.999 baht (23.457 dolar AS). Harga yang dipatok BYD itu, setengah dari harga rata-rata global untuk kendaraan listrik. 

Baca Juga

General Manager BYD Asia-Pasifik Liu Xueliang mengatakan BYD mulai menerima pesanan Dolphin pada hari Selasa (22/3/2023). Ia menjanjikan bahwa pesanan yang dilakukan sampai 30 April akan dikirimkan pada  Juli.

"Kami ingin Dolphin menjadi EV dengan harga terjangkau," kata Pratarnwong Phornprapha, CEO Rever Automotive, distributor Thailand BYD.

Para pesaing harus mengejar BYD tidak hanya dari sisi harga, namun juga  pesanan dan pengiriman. BYD pada bulan Februari mengirimkan SUV Atto 3 ke-10.000 di pasar Thailand.

Tesla, produsen otomotif berbasis di Amerika Serikat, yang juga memulai mengirim produknya ke konsumen di Thailand pada bulan yang sama, telah melakukan diskon besar-besaran  untuk menggenjot penjualan. BYD mengikuti dengan potongan rata-rata 1.299 dolar AS. Produsen otomotif asal Jepang, Nissan dan Toyota juga mengikuti langkah yang dilakukan produsen China.

Produsen otomotif global tahun  lalu menderita kekurangan chip dan menghadapi pasokan kendaraan yang ketat.  Analis industri memperkirakan tahun ini permintaan pasar lebih lemah, terutama di paruh kedua. Penjualan mobil di China turun karena subsidi kendaraan listrik berakhir pada 1 Januari lalu. 

Penurunan ini terjadi karena produsen mobil berusaha mengosongkan stok sebelum standar emisi baru berlaku pada Juli. Dinamika pasar China dapat mempengaruhi pasar negara lain. "Kami yakin pembuat mobil China akan tergoda untuk masuk ke pasar lain," tulis analis di S&P Global.

Eksekutif BYD mengatakan label harga 799.999 baht belum final, karena negosiasi subsidi pemerintah sedang berlangsung. Pembeli mobil impor dapat menerima subsidi hingga 150 ribu baht jika pembuatnya menjamin produksi dengan jumlah unit yang sama di Thailand. BYD pada 10 Maret memulai pembangunan pabrik senilai 17,9 miliar dolar AS baht di Rayong dan menargetkan produksi dimulai pada kuartal ketiga tahun ini.

Insentif yang diberikan Thailand adalah bagian dari strateginya untuk menjadi pusat manufaktur kendaraan listrik di Asia Tenggara. Thailand, yang dulu dikenal sebagai Detroit Asia, menghadapi persaingan ketat dari Indonesia, yang dapat menawarkan pembuat mobil nikel dan bahan baku lain yang diperlukan untuk baterai kendaraan listrik. Indonesia juga merupakan pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara.

Hyundai Motor tahun lalu mulai memproduksi mobil di Indonesia dan akan mengekspor empat model baru ke Thailand. Pembuat mobil Korea Selatan itu memamerkan empat model untuk Thailand, termasuk kendaraan multiguna mini Stargazer baru dan dua kendaraan listrik dalam jajaran Ioniq. Ia juga mengumumkan rencana untuk mendirikan perusahaan lokal, Hyundai Mobility Thailand, pada 1 April, dengan perusahaan induk menangani pemasaran, penjualan, dan distribusinya sendiri untuk pertama kalinya.

"Meskipun persaingan ketat di pasar Thailand," kata pembuat mobil itu dalam sebuah pernyataan, "Hyundai melihat potensi pertumbuhan di berbagai bidang."

Hyundai tahun lalu menjual 4.958 mobil di Thailand, meningkat 64 persen setiap tahunnya. Namun tidak seberapa jika dibandingkan dengan 30.193 unit yang terjual di Indonesia.

Penjualan kendaraan baru di Thailand untuk bulan Februari turun selama empat bulan berturut-turut. Federasi Industri Thailand (FTI) mengaitkan tren tersebut dengan penurunan tajam dalam penjualan truk, kekurangan semikonduktor, dan kontraksi ekonomi kuartal keempat.

Utang rumah tangga Thailand 86 persen dari produk domestik brutonya lebih tinggi daripada tempat lain di Asia Tenggara, juga mengurangi kemampuan pelanggan untuk membiayai pembelian mobil baru.

"Peminjaman akan dilakukan dengan hati-hati karena situasi yang mengkhawatirkan dari utang rumah tangga yang tinggi dan kemampuan pembayaran pelanggan yang tetap di bawah tingkat normal," kata Tirachart Chiracharasporn, direktur pelaksana KLeasing, unit kredit mobil Kasikornbank.

Krungsri Auto lebih optimistis, setidaknya dalam hal pinjaman EV. Pelanggan yang mengambil pinjaman ini adalah pemilik mobil yang sudah ada dengan riwayat kredit yang baik, katanya. "Klien pinjaman EV adalah pelanggan yang sangat berkualitas," kata Congsin Congcar, kepala Krungsri Auto. "Mereka cenderung menjadi pembeli kedua yang memiliki uang untuk dibelanjakan. ... Mereka adalah klien yang sebelumnya membeli mobil hybrid, dan menghemat energi ada di pikiran mereka."

Pemberi pinjaman pada tahun 2023 bertujuan untuk menggandakan pinjamannya untuk pembelian EV menjadi 4,6 miliar baht; itu memproyeksikan penjualan lebih dari 30.000 EV. Angka ini sejalan dengan proyeksi FTI yang menargetkan 30.000 hingga 40.000 penjualan kendaraan listrik dan hybrid. FTI memperkirakan total penjualan kendaraan baru mencapai 900 ribu tahun ini atau meningkat 6 persen.

KLeasing kurang optimis karena angka penjualan Januari dan Februari yang mengecewakan. “Angka penjualan mobil domestik secara keseluruhan pada kuartal I 2023 diproyeksikan turun 3 persen hingga 5 persen,” kata Tirachart. "Untuk melihat pertumbuhan di kuartal pertama 2023, volume penjualan Maret harus mencapai lebih dari 95.000 unit, angka yang cukup menantang."

Pemimpin pasar Toyota Motor berencana memperkenalkan empat model hybrid baru ke Thailand tahun ini. Pembuat Jepang telah menjual 159.696 kendaraan listrik di Thailand, menurut Presiden Toyota Thailand Noriaki Yamashita.

 

 

 

 

 

 

 

sumber : nikkei asia/firkah fansuri
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement